1.Behavior
and attitude change : cognitive dissonance theory
Seperti
yang kita ketahui, persuasi merupakan sumber dari perubahan attitude yang
pentig, namun ketidak sesuaian antara attitude dengan behavior kita meupakan
salah satu kunci dalam perubahan attitude kita
. walaupun attitude dapat didefinisikan sebagai kecenderungan untuk
berperilaku/ penampakan perilaku kita, masih terdapat perbedaan antara attitude dan
behavior.
Yang
menarik dari pembahasan ini adalah ketika behavior dan attitude sedang tidak
konsisten atau seirama, attitude lah yang akan lebih cenderung untuk dirubah
dan disesuaikan dengan behavior daripada sebaliknya.
Cognitive
dissonance yang dikemukakan oleh leon festinger (1957) , merupakan ketidak
nyamanan yang muncul akibat dari ketidaksesuaian antara attitude dan behavior.
Ketidak nyamanan inilah yang menyebabkan seseorang untuk berupaya untuk mengurangi ketidak nyamanan tersebut.
Contoh attitude dan
behavior :
Jika seseorang merekok
( behavior ) , ketika ia mengetahui bahwa merokok itu membahayakan dan
meyebabkan kematian dan penyakit bahaya ( attitude ) , disini terjadi
dissonance.
Dissonance theory itu sendiri memprediksikan bahwa kita
akan mengubah behavior ataupun attitude kita untuk mengurangi ketidak sesuaian
tersebut. Bagi seorang perokok , untuk merubah kebiasan merokok nya adalah hal
yang sudah dilakukan. Ketidak sesuaian itu akan dikurangi dengan cara yang
paling mudah yaitu mengubah attitude nya terhadap merokok . Misalnya ,
seseorang akan berpendapat bahwa “apa salahya dengan kematian ? toh semuanya
juga bakal mengalaminya”. Disini Attitude telah berubah.
Ini sedikit berbahaya karena attitude kita terhadap sesuatu
dapat berubah dan tidak mencerminkan apapun , karena itu hanya lah pelarian
dari cognitive dissonance.
1.1 Prejudice dan
stereotype
Prejudice adalah attitude yang bersifat
bahaya dan didasarkan pada generalisasi yang tidak akurat terhadap sekelompok
orang berdasarkan warna kulit, agama,sex, umur , dll. Berbahaya disini
maksudnya attitude tersebut bersifat negative.
Sedangkan stereotype adalah generalisasi
yang tidak akurat yang didasarkan pada prejudice. Kita semua memegang
stereotype terhadap kelompok orang lain.
Contoh dari Prejudice misalnya kita
menganggap setiap orang pada suku tertentu itu malas, pelit , dan lain nya.
Sedangkan contoh dari Stereotype , ketika kita sudah beranggapan begitu pada
suatu suku , maka kita tidak akan menempatkan dia pada suatu posisi yang kita
rasa gak cocok.
Stereotype dapat bersifat positif maupun
negative, namun kedua nya tetap saja membahayakan Karena 3 hal yaitu :
·
Stereotype membuat kita untuk tidak
memperlakukan seseorang sebagai seorang individu, misal, kita cenderung melihat
anggota dari kelompok berdasarkan stereotype kelompok nya
·
Stereotype membuat kita memiliki
ekspektasi yang sempit tentang perilaku, misal, kita hanya akan memprediksi
prilakub berdasarkan stereotype kelompok tertentu
·
Stereotype dapat menyebabkan faulty
attribution , dimana attribution theory itu sendiri adalah teori yang
menyatakan bahwa orang-orang cenderung mencari penjelasan perilaku orang lain
dari perilaku orang itu sendiri
Faulty
attribution adalah kita hanya melihat bukti yang mendukung stereotype kita dan
menolak segala bukti yang bertolak belakang.
Automatic prejudice merupakan prejudice
yang muncul nya tidak kita sadari , prejudice ini muncul secara otomatis.
Penyebab dari prejudice
dan Stereotype adalah sebagai berikut :
·
Realistic conflict , karena adanya
persaingan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain nya, atau kelompok
yang lebih kuat.
·
Us versus them, karena ada kecenderungan
manusia untuk membuat 2 kelompok , yaitu kelompok kita danmereka. Kelompok kita
disebut “in-group” sedangkan grup yang tersisih disebut “out-group”
·
Social learning, ketika kita mendapatkan
tersebut melalu proses belajar dari orang lain.
Combating prejudice ,
merupakan cara untuk mengurangi prejudice, yaitu :
·
Recognize prejudice, langkah paling awal, adalah untuk mengakui
bahwa prejudice ini memang ada dan kita harus sadar dan mengerti akan
konsekuensinya
·
Control automatic prejudice, sebisa mungkin menolak prejudice yang
bersifat negative
·
Increase contact among prejudiced
groups, berhubungan, berkomunikasi yang langsung terhadap orang-orang dari
kelompok lain, dengan hal ini prejudice akan dapat dikurangi , akan tetapi ada
4 hal yang harus di perhatikan, yaitu :
v Kedua
grup harus mempunyai status yang kurang lebih sama
v Menganggapa
seseorang sebagai individu, bukan pengecualian kelompok
v 2
grup yang berinteraksi secarta kooperatif
v Contact
yang dilakukan bersifat informal
1.2 Human Diversity: Stereotype about Collage
Students with Physical Challeges
Kebanyakan dari kita adalah orang-orang
dengan badan yang normal (tidak cacat) yang tidak memilki keterbatasan yang
serius dalam hal kemampuan melihat, mendengar, berbicara atau yang lain
sebagainya. Namun sebagian dari kita adalah orang-orang yang memiliki
keterbatasan pada kondisi fisiknya yang membuat aktivitas-aktivitas
sehari-harinya menjadi lebih sulit atau bahkan tidak mungkin dapat dilakukan.
Seperti halnya kelompok yang “berbeda” dari kebanyakan orang dalam masyarakat,
orang-orang dengan keterbatasan fisik merupakan subjek dari stereotipe,
prasangka-prasangka, keterbatasan-keterbatasan, dan stigma (kecacatan). Faktor-faktor tersebut sangat dapat
mempengaruhi kehidupan mereka.
Suatu study yang
penting dari Catherine Fichten dan koleganya di Dawson College menemukan bahwa
persepsi mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat mengenai teman sebayanya yang
memiliki keterbatasan sangat berbeda dengan persepsi mahasiswa-mahasiswa yang
memiliki keterbatasan fisik tentang dirinya sendiri. Tiga kelompok mahasiswa
berpartisipasi dalam study ini: pengguna kursi roda, mahasiswa dengan
penglihatan yang rusak, dan mahasiswa yang tidak cacat. Mereka menyelesaikan
beberapa pertanyaan yang mengukur self-concept, perilaku berkencan, dan
kecemasan dala situasi sosial. Pertama mereka menyelesaikan pertanyaan mengenai
diri mereka sendiri kemudian mereka menyelesaikan pengukuran yang sama dengan
cara apa yang mereka pikir tentang respon dari kelompok yang lain.
Fichten dan koleganya menemukan bahwa
mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat dan mahasiswa-mahasiswa dengan
keterbatasan fisik memandang masing-masing kelompok dalam stereotipe. Sebagai
contoh, mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat percaya bahwa mahasiswa-mahasiswa
dengan keterbatasan fisik lebih memiliki kecemasan dalam berkencan, dan lebih
sedikit berkencan daripada mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat. Sebagai
tambahan, mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat melihat mahasiswa-mahasiswa yang
memiliki keterbatasan fisik sebagai orang-orang yang nervous (gelisah/gugup),
tidak agresif, merasa tidak aman, bergantung pada orang lain, dan tidak
bahagia. Stereotipe tersebut tidaklah semuanya negatif. Mahasiswa-mahasiswa
yang tidak cacat juga melihat mahasiswa-mahasiswa yang memiliki keterbatasan
fisik sebagai seseorang yang pendiam,
jujur, baik hati, tidak egois, dan tidak memberatkan orang lain.
Mahasiswa-mahasiswa yang memiliki keterbatasan fisik juga memiliki stereotipe
terhadap mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat. Mereka melihat
mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat sebagai orang yang banyak permintaan,
argumentative (suka beragumentasi), terlalu percaya, seorang yang palsu (suka
berpura-pura), dan tukang mengeluh.
Dalam banyak kejadian, bagaimanapun,
persepsi-persepsi stereotipe tersebut hanyalah berdasarkan mitos-mitos. Sebagai
contoh, Fichten dan koleganya tidak menemukan perbedaan-perbedaan dalam
beberapa acara kencan dan kecemasan tentang kencan yang dilaporkan oleh
mahasiswa-mahasiswa yang memiliki keterbatasan fisik dan mahasiswa-mahasiswa
yang tidak cacat, walaupun mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat berpikiran
bahwa mahasiswa-mahasiswa dengan keterbatasan fisik tidak terlalu puas dengan kencan
mereka. Dengan cara yang sama, walaupun mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat
percaya bahwa score self-esteem dari mahasiswa-mahasiswa dengan keterbatasan
fisik lebih rendah daripada mereka, disana ditemukan tidak ada perbedaan yang
nyata pada self-esteem mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat,
mahasiswa-mahasiswa dengan penglihatan yang rusak, dan mahasiswa-mahasiswa yang
menggunakan kursi roda. Hal tersebut sangatlah menyolok bahwa bahkan
mahasiswa-mahasiswa dengan keterbatasan fisik mereka kadang-kadang percaya
mitos yang sama mengenai mahasiswa-mahasiswa lain yang memiliki keterbatasan
fisik juga. Kedua mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat dan mahasiswa-mahasiswa
yang memiliki keterbatasan fisik memiliki atribut “handicapped (memiliki rintangan)” stereotipe yang lebih banyak kepada
mahasiswa-mahasiswa dengan
keterbatasan fisik daripada mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat pada study
Fichten.
The Americans with Disabilities Act of
1990 membawa kebutuhan-kebutuhan dari orang-orang yang memiliki keterbatasan
fisik ke dalam kesadaran orang-orang di United State. Hal tersebut dirancang
untuk membantu orang-orang dengan keterbatasan fisik meningkatkan akses kepada
fasilitas publik dan ke tempat kerja. Bagaimanapun, seperti kasus dengan
perundang-undangan lain, perubahan masyarakat memerlukan lebih dari sekedar
jalur hukum. Apabila stereotipe ingin dikurangi, orang-orang yang tidak cacat
dan orang-orang dengan keterbatasan fisik harus lebih banyak belajar mengenai
satu sama lain melalui kontak/hubungan yang luas dibawah kondisi status yang
sama. Meskipun demikian, diharapkan bahwa hukum dapat menjamin hak-hak dari
orang-orang yang memliki keterbatasan fisik untuk belajar, bekerja dan
berekreasi(hiburan) yang akan menciptakan kondisi dimana orang-orang dengan atau tanpa
keterbatasan fisik dapat saling mengenal satu sama lain secara individual. Pada
waktunya, interaksi seperti itu akan meningkatkan derajat dari orang-orang yang
cacat yang akan dapat berpartisipasi secara penuh dalam masyarakat tanpa stereotipe
dan diskriminasi.
2. INTERPERSONAL
ATTRACTION: FRIENDSHIP AND LOVE
2.1 PROCESS OF PERSON
PERCEPTION
Tahap pertama untuk
mengerti kenapa kita tertarik kepada seseorang daripada orang lain adalah untuk
mengerti sesuatu tentang proses psikologis yang termasuk ke dalam person perception (proses pembentukan
kesan terhadap orang lain).
Attribution
Processes in Person Perception
Kita sering kali
menilai orang lain berdasarkan dasar dari apa
yang mereka lakukan dan kenapa mereka
melakukan itu. Sayangnya, kita menghakimi alasan seseorang bahwa orang lain
berperilaku seperti yang mereka lakukan, ketika kita meremehkan efek dari situasi sosial dan melebih-lebihkan kepentingan dari karakteristik personal mereka.
Secara kontras, kita
lebih lebih sering menyamakan atribut perilaku negatif kita sendiri untuk
mempengaruhi situasi sosial.
Psikolog sosial Fritz
Heider (1958) mengistilahkan hal tersebut sebagai fundamental attribution error, yang berarti kecenderungan kita
untuk meremehkan dampak negatif dari situasi pada orang lain ketika kita
melebih-lebihkan dampak tersebut pada diri kita sendiri. Dalam kecenderungan yang sederhana, attribution adalah proses dalam membuat
keputusan tentang apa yang menyebabkan seseorang berperilaku seperti yang
mereka lakukan. Aspek terpenting dari proses atribusi adalah menentukan apakah
seseorang berperilaku seperti itu karena beberapa penyebab yang eksternal (situasional attribution) atau karena
motivasi internal atau sifatnya sendiri (dispositional
attribution). Kecuali jika kita dapat melihat perilaku seseorang secara konsisten berubah-ubah dalam suatu
situasi, kita cenderung untuk meletakkan perilaku orang tersebut pada penyebab
dispositional. Karena kita sering kali memiliki sedikit informasi mengenai
perilaku seseorang yang secara konsisten dipengaruhi oleh situasi, kita membuat
dispositional attribution terlalu sering.
Orang-orang di semua
budaya membuat fundamental attribution error, tetapi orang yang tinggal pada
budaya kolektivistik Asia Timur lebih
sedikit membuatnya daripada orang yang tinggal pada budaya individualistik
Barat. Sebagai contoh, orang Cina dan Jepang lebih sedikit daripada orang
Amerika untuk mengatributkan perilaku orang lain kedalam penyebab dispositional
dan lebih sering merasa pengaruh situasional pada perilaku mereka. Hal ini
dikarenakan budaya kolektivisme memperluas kepentingan dari konteks sosial dan
lebih mengecilkan kepentingan individual. Hal ini mendorong orang-orang untuk
cenderung berpikir mengenai pengaruh pengaruh sosial daripada karakteristik
pribadi sebagai penyebab suatu perilaku. Pandangan orang Asia Timur tentang
pentingnya pengaruh situasional pada perilaku manusia sering kali benar.
Situasi sosial dapat sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap perilaku
kita.
Negative
Information: The
Bad Outweighs the Good
Dalam
beberapa hal, kita cenderung untuk lebih
menitikberatkan persepsi kita pada
informasi yang negatif daripada yang positif. Misalnya: kamu adalah seseorang
yang hangat/bersahabat, memiliki fisik yang menarik, dan jujur terhadap orang
lain. Kamu bertemu dengan seseorang di kelas yang kamu rasa sangat bersahabat dan menarik; kamu sangat nyaman
berkomunikasi dengannya setelah pelajaran, tetapi ketika di tengah pelajaran
dia meminta bantuanmu untuk membuat suatu kebohongan kepada pacarnya mengenai
dimana ia berada tadi. Pendapatmu mengenai dia akan menjadi negatif karena
kejujuran sangatlah penting bagimu. Kenyataan bahwa berbohong kepada pacarnya
akan menutupi karakteristik positifmu kepadanya. Kebanyakan dari kita akan
menolak kue yang kelihatannya sangat enak jika kita mengetahui bahwa kue itu
mengandung racun tikus.
“Chemistry” of Love and Social Bonding
Ketika kita
berbicara mengenai “chemistry” dalam cinta, kita sering kali merujuk pada
sesuatu tentang seseorang, atau proses dari jatuh cinta, yang sangat kuat
tetapi kita bahkan tidak dapat menyentuhnya. Beberapa hal yang patut untuk
dipertimbangkan dari penelitian, bagaimanapun, memberitahu kita bahwa ada
senyawa penting dari cinta ─ dalam perasaan fisik mengenai “chemistry”.
Walaupun buktinya masih bersifat sementara,
hal tersebut muncul dari respon orang-orang pada hormon sex steroid yang
ditemukan pada aroma tubuh manusia, khususnya androstadein. Ketika wanita menghirup senyawa ini pada kehadiran
dari pria, mood mereka meningkat dan area dari otak yang termasuk ke dalam
emosi menjadi aktif. Hal ini belum
terlalu jelas bahwa hormon sex memiliki efek yang cukup kuat untuk
mengakibatkan ketertarikan sexual, tetapi study ini mengatakan hal ini mungkin
saja terjadi.
Ada bukti yang lebih kuat mengenai senyawa
peptida yang ditemukan dalam otak dan aliran darah, oxytocin yang berperan penting dalam menciptakan dasar dari cinta,
baik antara orang tua dan anak atau antara pasangan kekasih. Kedekatan dan
sentuhan fisik (menyusui pada anak bayi) akan melepaskan oxytocin di otak.
Oxytocin, sebenarnya menciptakan perasaan tenang, aman, dan sehat, dan juga
mengurangi repon dari cabang nervous sentral dan periperal dari sistem nervous
untuk stres. Sentuhan fisik dan respon
emosi yang positif dapat menjadi suatu kondisi orang yang satu dengan yang
lainnya dan daapt meningkatkan ikatan antara dua orang. Lebih lanjut lagi, hal
positif yang ditimbulkan oleh oxytocin dapat membuat seseorang lebih nyaman
untuk berdekatan secara fisik, yang akan lebih menguatkan suatu ikatan. Jadi,
bagian dari apa yang kita alami mengenai cinta berakar dari senyawa yang berada
di otak, badan dan mood.
2.2 Characteristic of the
Other Person in Interpersonal Attraction
Similar and
complemantary characteristic
Apakah kita cenderung lebih tertarik pada
teman atau orang yang dicintai yang memiliki kepribadian yang hampir sama
dengan kita atau tidak?
Liliana mungkin menilai orang lain yang
menyukai latihan fisik, sehat dan filosofis karena dia juga menyukai hal yang
sama, menyenangkan apabila kita memiliki teman saat berlatih fisik. Mengajak
kita untuk hidup sehat , dan terlibat dalam berbagai percakapan filosofis.
Umumnya, similarity merupakan hal
yang penting dalam ketertarikan satu sama lain. Kita cenderung menyukai
orang-orang yang memiliki nilai hidup yang sama dengan kita, hal yang disukai
dan prilaku yang sama pula.
Opposites juga dapat menyebabkan
ketertarikan , kadang-kadang kita tertarik pada orang yang benar-benar berbeda
dengan kita. Namun orang yang membuat kita tertarik ini masih sesuai dengan
salah satu kepribadian kita. Misalkan, seorang gadis yang merasa dirinya lebih
suka mendengarkan namun tetap easy going dan hangat dengan orang lain akan
menyukai orang yang banyak bicara . pria yang talkactive lebih mudah menarik
perhatian gadis ini. Sama halnya dengan orang yang dominant lebih memilih orang
yang submissive dan orang yang suka memberi perhatian dan melindungi lebih
memilih orang yang manja dan suka diperhatikan.
Competence dan Ideal
self kita
Kita mungkin saja cenderung menyukai
seseorang yang berkompeten daripada tidak, seperti cerdas, memiliki
keterampilan , kemampuan bersosialisasi yang baik, tampan,cantik, atletik dan
banyak lagi merupakan gambaran umum mengenai ketertarikan pada seseorang.
Namun, orang-orang yang kelihatan terlalu kompeten bisa saja membuat kita
kehilangan ketertarikan terhadap dirinya. Penyebanya adalah seseorang yang
terlalu kompeten tersebut membuat kita merasa tidak nyaman karena berbanding
jauh dengan self kita.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Elliot Aronson dan asosiasi nya. Penelitian ini memiliki motto “ sedikit lebih
buruk daripada menjadi benar-benar sempurna“. Dua dari partisipan mendapatkan
skor benar 90 persen dan masuk dalam kategori honor student , atlet, dan
mahasiswa aktif pada kegiatan mahasiswa. Sedangkan dua lainnya mendapat skor
benar 30 persen dan dikategorikan average dan bukan mahasiswa atlet. Diakhir
percobaan, seorang mahasiswa superior dan seorang mahasiswa average diminta
untuk menumpahkan secangkir kopi. Dua
mahasiswa superior mendapat nilai yang lebih tinggi daripada mahasiswa average.
Tetapi mahasiswa superior yang melakukan kesalahan mendapat nilai tinggi dalam
hal menarik perhatian. Kesalahan yang memalukan seperti menumpahkan kopi ke
tubuhnya membuat dia jadi disukai oleh orang lain.
Singkatnya, kita cenderung menyukai
seseorang yang memiliki nilai karakter sama dengan kita dan tidak terlalu
sempurna . karena apabila terlalu sempurna dan mendekati ideal self kita, kita
menjadi tidak nyaman dan memandang buruk
diri kita.
Physical Attractiveness
Meskipun kita sering diberi tahu agar tidak
menilai seseorang dari penampilannya namun kita sulit untuk tidak menilai
seseorang dari penampilan fisiknya ( berscheid & reis, 1998)
Orang-orang
cenderung tertarik pada seseorang dengan fisik yang indah. Kita lebih menyukai
seseorang yang cantik atau tampan dan beranggapan mereka lebih baik dan lebih
mudah menyesuaikan diri dan lebih cerdas. Ketertarikan fisik merupakan faktor
yang paling penting dalam tahap awal rasa ketertarikan pada seseorang.
Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Elaine Walster pada sebuah universitas dimana pria dan wanita
dipisahkan secara random untuk kencan buta. Mereka merating setiap mahasiswa
yang memiliki physical attractiveness dan memberi tes untuk mengukur tingkat
kecerdasan , attitudes dan karakter kepribadian. Setelah kencan buta mereka ditanya mengenai
pasangan mereka dan menemukan bahwa mereka akan melanjutkan kencan buta
tersebut karena pasangan mereka cerdas, mempunyai prilaku dan kepribadian yang
baik.
Kunci utama dari penelitian ini yaitu
physical attractiveness mempengaruhi interpersonal attraction dimana terlihat
dalam percobaan “ingenious”. Pria dan wanita , para pria diminta untuk menelpon
pasangan nya dan diberi sebuah foto dan informasi tentang wanita tersebut,
setelah mereka mengobrol ditelpon , ditemukan bahwa pria yang melihat foto
gadis yang cantik dan informasi yang baik ternyata lebih hangat dalam melakukan
percakapan dengan wanita di sambungan telfon nya . karena mereka berpikir bahwa
wanita yang sedang berbicara dengan mereka cantik maka mereka secara langsung
bersikap sangat baik kepada wanita itu .
Namun , tetap saja tak
selamanya physical attractiveness ini membuat kita lebih mudah menyukai
seseorang. Karena bisa saja seseorang yang kita anggap baik membuat kita mulai
memikirkan bahwa dia lebih cantik. Cinta itu buta dan cantik atau tampan
merupakan definisi cara pandang kita masing-masing.
2.3
Characteristic of perceiver
Apa peran kita dalam mempersepsikan orang
lain ? apakah karakter kita mempengaruhi persepsi orang lain ?
Personality dan interpersonal attraction,
Ada bukti bahwa personality traits kita
menggambarkan bagaimana kita sebenarnya.
Mempengaruhi dalam mempersepsi orang lain.
Emotions and person perception
Terdapat bukti juga bahwa mood kita pada
saat bertemu seseorang mempengaruhi persepsi nya terhadap kita. Emosi yang
positif membuat orang lebih tertarik pada diri kita daripada emosi negatif yang
dimunculkan pada situasi tertentu. Kita sering mendapat kesan dari orang lain
berdasarkan emosi yang mereka ekspresikan. Informasi emosional ini adalah salah
satu sumber emosional yang sulit diabaikan saat kita hendak membentuk kesan
terhadap orang lain (Edwards & bryan , 1997)
Ada
enam prinsip umum pada seseorang dalam membentuk kesan yaitu :
1. Berdasarkan
informasi minimal dan kemudian ciri-ciri umum dari orang bersangkutan.
2. Memberi
perhatian khusus pada sisi yang menonjol dari seseorang bukan memperhatikan
seluruh ciri orang tersebut.
3. Memberi
makna yang koheren pada prilaku yang ditampilkan oleh orang bersangkutan bukan
menginterpretasikan prilaku tersebut secara terpisah
4. Cenderung
memandang seseorang sebagai anggota kelompok bukan sebagai individu, contoh
orang yang mengenakan baju putih kita anggap sebagai dokter meski mereka bukan
dokter.
5. Menggunakan
struktur kognitif dalam memahami prilaku orang lain. Misal, apabila
mengindetifikasi seorang wanita adalah dokter, kita menggunakan informasi
mengenai apa saja tentang dokter bukan melihat ciri-ciri dan prilaku yang
tampak dari wanita itu .
6. Dipengaruhi
oleh kebutuhan kita dan tujuan personal terhadap orang yang bersangkutan, misal
kesan kita kepada orang yang pertama sekali ditemui akan berbeda dengan kesan
kita terhadap teman karib.
Gender Difference in
interpersonal Attraction
Bukan rahasia umum lagi bahwa laki-laki
tidak terlalu tertarik pada dunia percintaan
namun lebih pada hubungan jangka panjang berbeda sekali dengan wanita
yang memandang sebuah hubungan itu secara lebih mendalam. Hasil dari sebuah
penelitian mencatat bahwa laki-laki merasa bahwa dalam memulai sebuah hubungan
, cinta adalah alasan yang terpenting berbeda dengan wanita yang lebih melihat
kualitas dari hubungan tersebut seperti rasa hormat yang diberikan oleh
pasangan nya serta dukungan dalam hubungan sosial.
Selain itu, terbukti bahwa wanita lebih
mementingkan kecerdasan, karakter , tingkat pendidikan, pekerjaan dan
pendapatan dari pasangan yang dicintainya. Berbanding terbalik dengan
laki-laki.
Penelitian lainnya di amerika dikatakan
bahwa laki-laki lebih mementingkan physical attractiveness dan berbeda dengan
wanita yang tidak mementingkan faktor fisik.
Pada intinya , karena
setiap orang berbeda-beda dalam mengevaluasi karakter yang sebenarnya sama,
tentu saja ada beberapa orang yang akan menyukai kita, yang lainnya tidak
menyukai kita dan yang lainnya mungkin bersikap biasa-biasa saja pada kita .
2.4
Extraneous
factors in person perception
Beberapa faktor memainkan peran penting
dalam persepsi, seseorang memiliki sedikit perlakuan dengan seseorang dan
kemungkinan bahwa hubungan dengan orang itu akan penuh arti dan bersifat kekal.
Sayangnya faktor
yang tidak relevan ini lebih dihubungkan untuk satu kesempatan.
Primacy effects : Pentingnya kesan pertama
Primacy effects adalah kecenderungan kesan
pertama yang sangat besar mempengaruhi opini/pendapat mengenai orang lain. Kesan pertama biasanya
sangat penting dalam proses mempersepsikan seseorang. Semua orang memiliki hari
baik dan hari buruknya, dan itu merupakan hal yang memalukan apabila persepsi
orang lain mengenai kita dipengaruhi oleh apakah kesan pertama itu terjadi pada hari yang baik atau
hari yang buruk. Seperti contoh apabila kamu dikenalkan dengan Barbara setelah
kamu mendengar bahwa dia berkelakuan baik dan melakukan pembicaraan yang
menarik untuk grup penjualanmu dalam kepentingan etnik dalam bisnis, kesan kamu
akan positf terhadapnya. Namun, apabila kamu melihat Barbara di bar untuk
pertama kalinya kasanmu akan negative terhadapnya dan cenderung mendominasi
persepsimu mengenai dia, walaupun kamu akan mengetahui banyak informasi positif mengenai dia
dikemudian hari.
Akibat
dari kesan pertama dapat dikurangi dalam 3 kondisi:
a. Prolonged
exposure atau penjajakan yang lama
Penjajakan
yang lama kepada seseorang cenderung mengurangi pengaruh kesan pertamamengenai
orang itu. Meskipun penting dengan membuat kesan pertama yang menguntungkan
pada hari pertama kerja, tidak perlu khawatir jika kamu tidak dapat
melakukannya. Pada akhirnya teman kerjamu akan segera mengetahui sebernarnya
dirimu. Informasi mengenai kamu yang dikumpulakn selama jangka waktu yang lama
akan menghapus segala kesan pertama.
b. Passage
of time
Kesan
pertama cenderung dilupakan seiring dengan berjalannya waktu. Jika kesan
pertama dan kesan berikutnya berlalu dalam periode yang lama, kesan yang lebih
baru akan menjadi pengaruh yang sangat besar.
c. Knowledge
of primacy effects
Ketika
orang diperingatkan untuk menghindari pengaruh dari kesan pertama, primacy
effects dapat dikurangi. Orang yang secara akurat mempersepsi seseorang perlu
diajari mengenai bahaya primacy effect dan harus mengurangi pengaruh dari
primacy effect dalam persepsi mereka.
Proximity
Sesuatu yang penting, penyebab dari daya
tarik lainnya
adalah proximity (kedekatan) atau kedekatan geografis.Suatu hal yang sulit untuk dapat jatuh cinta dengan sesorang
apabila kamu tidak selalu menghabiskan waktu dengannya. Kedakatan fisik atau kontak interpersonal
merupakan hal-hal yang perlu
dilakukan untuk membangun daya tarik. Kamu akan lebih ramah
dengan orang yang tinggal dekat rumah dibandingkan dengan orang yang tinggalnya
lebih jauh. Mengapa bisa terjadi? Kedekatan fisik meningkatkan interaksi dan
penunjukkan sifat yang berulang-ulang pada seseorang cenderung meningkatkan
rasa suka.
MUTUAL LIKING
Mari
kita akhiri diskusi ini pada faktor yang terlibat dalam ketertarikan
interpersonal. Liking sering menimbulkan rasa suka sebagai imbalan. Jika Vicki
menyukai Neal, dia membuat dirinya lebih menarik hanya untuk buat Neal
menyukainya. Neal, jika dia seperti semua orang biasanya, akan lebih menarik untuk orang
yang menyukainya daripada orang yang tidak menyukainya. Liking seseorang tidak
akan mengubah Anda ke dalam sebuah kecantikan yang sangat menarik, tetapi itu
akan menolong.
Satu
alasan bahwa menyukai seseorang kenyataanya membuat kamu melihat lebih pada psycal attractiveness, khususnya jika
nafsu lebih ikut andil di dalamnya.
Kamu sudah pernah mendengar bahwa
seseorang lebih cantik ketika jatuh cinta, dan itu adalah
benar. Matamu lebih menarik. Pupil lebih
melebar ( terbuka ) ketika kamu melihat seseorang yang kamu temukan dengan
seksual yang menarik dan yang lain menemukan pupil besar lebih menarik secara
seksual ( Hess, 1975 ). Dan posturmu dan pergerakan lebih menarik dan
menggiurkan. Dengan cara yang halus,
kamu lebih tertarik secara fisik ketika kamu tertarik kepada orang lain.
Alasan
lain bahwa liking cenderung memimpin sebuah keinginan bahwa kamu lebih baik
untuk orang-orang yang kamu suka. Sejumlah studi menunjukkan , bahwa kamu
cenderung lebih menyukai seseorang ketika mereka memuji kita atau ketika mereka
sudah melakukan sesuatu yang membuat kita senang. kesenangan dan pujian terasa
bagus dan we like the giver better for
having given them to us. Demikian, mengirimnya bunga atau memberikannya CD
musik- itu hanya mungkin ujung dari keseimbangan cinta dalam kesenangan anda.
Seperti yang mungkin anda duga, ada ketersediaan pada dampak pujian dan
kesenangan. Jika mereka berlebihan, dan khususnya jika yang lain berpikir kamu
bermuka dua dan mempunyai motif egois untuk sekedar berbagi dengan mereka, pujian
dan hadiah tidak akan meningkatkan liking dan mungkin akan mengurangi liking (
Arroson, 1995 ).
2. 5 Maintaining
Relationships
Kami memiliki beberapa faktor yang menentukan apakah kamu akan tertarik ke
pada orang lain.Tetapi bagaimana tentang faktor yang terlibat dalam
mempertahankan hubungan?Dengan asumsi bahwa salah satu orang yang menarik anda
untuk menjadi teman anda,kekasih,ataupun pasangan,apa hal yang menentukan
apakah anda dan rekan anda akan tetap memiliki hubungan?Jadi banyak hubungan
itu di mulai dengan santai dan di akhiri denagan tangisan yang
panjang.Mengapa?Dua faktor yang mempengaruhinya ialah:
a)Perbedaan antara apa yang kamu harapkan
untuk menemukan sesuatu dalam hubungan dan apa yang telah benar-benar anda
temukan.
b)Sejauh mana hubungan ini cukup seimbang
dan adil.
Harapan berlawanan dengan
realitas dalam hubungan
Bila kamu memulai
sebuah hubungan dengan seseorang kamu tidak mengetahui dengan baik,bagian dari
jatuh cinta dengan apa yang kamu harapkan dari seseorang untuk
menyukainya.Beberapa dari harapan ini mungkin didasarkan pada bukti.Salah satu
dari teman-temannya telah memberitahu kamu bahwa di adalah seseorang yang bagus
dan adil,sehingga masuk akal untuk mengharapkan dia untuk bersikap adil
dan baik terhadap anda.Kamu ketahuilah bahwa dia berada di profesi yang
sama seperti kamu,sehingga kamu dapat mengharapkan untuk dapat berbagi
pengalaman hari kerja mu dengan mudah kepadanya.Dugaan lainnya di dasarkan pada
bukti.Dia telah memberi reaksi yang kuat,percaya diri sejauh ini ,sehingga kamu
berasumsi bahwa dia akan selalu melakukan cara ini,meskipun tantangan yang
besar kamu melihat dia mengatasi
kesalahan pelayan yang membawa sup tomat bukan minestrone.Kamu tahu bahw dia
adalah kekasih yang luar biasa,walaupun ia hanya mencium kamu sekali dalam satu
malam.Dia menyukai gaun outdoorsman,jadi kamu berharap dia menyukai backpacking
sebanyak yang kamu lakukan.Dan dia terdidik,sehingga kamu merasa yakin bahwa di
akan berbagi cinta untuk jalinan yang serius.
Intinya adalah bahwa ketika harapan kamu cukup baik beralasan,beberapa
dari mereka akan berubah menjadi tidak benar.Dia akan menjadi tidak sesuai
dengan harapan kamu seperti sebelum memulai hubungan.Ini merupakan salah satu
sebab utama berakhirnya hubungan.Bila hubungan orang lain ternyata secara
signifikan berbeda dari yang kamu
harapkan,kamu mungkin tidak mau tetap menjalankan hubungan(Neff &
Karney,2005);Hal ini jelas salah ketika seseorang kecewa dengan pasangannya
(laki/perempuan) tingkat perhatian yang sebenarnya dan mau
mendengarkan(Huston,Niehius,&Smith,2001).
Bahkan ketika kamu mengetahui seseorang yang baik sebelum memulai sebuah
hubungan yang serius,perbedaan antara harapan dan kenyataan dapat menjadi
sebuah masalah.Satu dari sumber utama harapan yang tidak terpenuhi adalah
pergeseran perubahan dari passionate
love to companionate love (Hatfield,1998 Myers,1999).Ketika dua orang
sedang jatuh cinta,mereka amat sering merasakan kegembiraan itu adalah sebuah
hal yang merupakan campuran memabukkan dan indahnya
romantis,sexual,dan perasaan
lainnya.Bahkan di dalam hubungan yang paling sehat dan abadi,Bagaimanapun passionate love secara bertahap menjadi
companionate love.tetapi, kurangnya
pertemuan merupakan percampuran yang luar biasa dari pertemanan,intim,komitmen
dan rasa aman.Walaupun romantis dan emosi sexual kadang berlanjut menjadi
sebuah bagian yang penting dalam
passionate love,perasaan ini hampir pasti menjadi kurangnya waktu untuk bertemu
secara penuh.
Jika salah satu atau kedua pasangan tidak
mengharapkan passionate love atau jika perubahan terjadi lebih cepat dari yang
di harapkan,kenyataan untuk passionate love bercampur ke dalam companionate
love dapat menjadi lebih sulit.Disisi lain dari kedua pasangan benar-benar
ingin menjalin hubungan yang panjang (Banyak orang tinggal dalam hubungan yang
hanya sepanjang sisa cinta,kemudian meninggalkan rasa tidak puas atau
menyakiti),dan bila kekecewaan itu sering kali sedikit mengelilingi cinta yang
romantis maka ditangani dengan belas kasih dari kedua sisi,pasangan ini
biasanya dapat mengatur peralihan.Akhirnya,harapan tentang hubungan cinta dapat
gagal untu mencocokkan kenyataan karena perubahan pasangan dari waktu ke waktu.
Equity in
Relationships
Hubungan lebih mungkin
untuk bertahan ketika hal baik yang kita berikan kepada pasangan kita hampir
sama dengan apa yang pasangan kita berikan kepada kita.Ini merupakan ‘’hal’’
yang baik,pasangan memberikan satu sama lain lebih banyak dan bervariasi.Itu
seperti pujian,membantu pekerjaan rumah,hari libur tanpa
anak-anak,bunga,lelucon,bercinta,kemauan untuk mendengarkan tentang hari yang
buruk,makanan yang menarik,ciuman,dan percakapan.Mereka juga menarik hal-hal
yang mencakup seperti daya tarik fisik (Seseorang yang menarik untuk dilihat)
kesehatan,dan kejujuran.
Cita-cita yang ideal itu bahwa hubungan
yang abadi yang mana pasangannya memberikan
dan menerima dalam jumlah yang sama telah ditingkatkan dan diperbaiki oleh psikolog sosial (adams,
1965; Myners, 1999; Walster & Walster, 1978) dengan nama teori ekuitas.Teori ekuitas menyatakan bahwa pasangan akan merasa nyaman
dalam hubungan mereka hanya bila rasio antara konstribusi dan manfaat yang
dirasakan sama.
Ada dua poin
penting untuk diperhatikan dalam
teori equation.Pertama, manfaat bahwa dua
orang menerima
satu sama lain tidak harus sama, tetapi rasio antara manfaat dan kontribusi harus sama.Seseorang yang baik memberikan banyak
hubungan tetapi tidak menerima banyak dari hubungan dengan orang , tetapi tidak
menerima banyak dari hubungan.Setiap
orang hanya membutuhkan keseimbangan seperti kepribadian mereka yang memberi dan menerima.
Kedua,.Mereka hanyalah satunya yang bisa menilai seberapa
besar dia memberi dan menerima.Sebuah pengamatan orang lain melihat
sebuah hubungan sebagai kemungkinan akan melihat
hubungan sebagai sangat tidak adil ketika patners sendiri sangat senang dengan
bercinta it.Tender mungkin sangat penting untucukup harus menerima (Messick
& SENTIS, 1979). Jika kita tidak bk satu orang tetapi jauh kurang penting
dibandingkan memasak yang baik untuk seseorang else.Unfortunately, meskipun,
orang, cenderung belive bahwa jumlah'''' hal baik bahwa kita sendiri yang
erhati-hati untuk mengkompensasi hal ini distorsi persepsi alami, dapat membawa
kita untuk melihat sebuah ketidakadilan dalam hubungan kita ketika tidak ada
sama sekali.
Jika salah satu anggota dari sebuah hubungan merasakan hubungan menjadi tidak adil, pasangan yang baik akan mengambil langkah untuk mengembalikan keadilan atau akan meninggalkan hubungan baik ketika kita merasa bahwa kita menerima terlalu sedikit dibandingkan dengan apa yang kita berikan atau ketika kita menerima terlalu banyak dibandingkan dengan apa kita beri.Di kasus lain, kita akan dimotivasi untuk mengembalikan keadilan dengan memberikan lebih atau kurang atau dengan meminta (di dalam beberapa cara lain untuk menginduksi) orang lain untuk memberikan kurang atau lebih.
Daftar Pustaka
Lahey,Benjamin B. (1998 ). Psychology an Introduction 9th Edition. New york: McGraw Hill
Taylor, Shelley E, Letitia Anne Peplau, David O. Sears. (
2009 ).Psikologi Sosial Edisi 12. Jakarta
: Kencana
King, Laura A. ( 2010 ). Psikologi Umum Buku II. Jakarta : Salemba Humanika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar