Senin, 02 Juli 2012

Psikososial



1.Behavior and attitude change : cognitive dissonance theory
Seperti yang kita ketahui, persuasi merupakan sumber dari perubahan attitude yang pentig, namun ketidak sesuaian antara attitude dengan behavior kita meupakan salah satu kunci dalam perubahan attitude kita . walaupun attitude dapat didefinisikan sebagai kecenderungan untuk berperilaku/ penampakan perilaku kita, masih terdapat perbedaan antara attitude dan behavior.
Yang menarik dari pembahasan ini adalah ketika behavior dan attitude sedang tidak konsisten atau seirama, attitude lah yang akan lebih cenderung untuk dirubah dan disesuaikan dengan behavior daripada sebaliknya.
Cognitive dissonance yang dikemukakan oleh leon festinger (1957) , merupakan ketidak nyamanan yang muncul akibat dari ketidaksesuaian antara attitude dan behavior. Ketidak nyamanan inilah yang menyebabkan seseorang untuk berupaya untuk mengurangi ketidak nyamanan tersebut.
Contoh attitude dan behavior :
Jika seseorang merekok ( behavior ) , ketika ia mengetahui bahwa merokok itu membahayakan dan meyebabkan kematian dan penyakit bahaya ( attitude ) , disini terjadi dissonance.
          Dissonance theory itu sendiri memprediksikan bahwa kita akan mengubah behavior ataupun attitude kita untuk mengurangi ketidak sesuaian tersebut. Bagi seorang perokok , untuk merubah kebiasan merokok nya adalah hal yang sudah dilakukan. Ketidak sesuaian itu akan dikurangi dengan cara yang paling mudah yaitu mengubah attitude nya terhadap merokok . Misalnya , seseorang akan berpendapat bahwa “apa salahya dengan kematian ? toh semuanya juga bakal mengalaminya”. Disini Attitude telah berubah.
          Ini sedikit berbahaya karena attitude kita terhadap sesuatu dapat berubah dan tidak mencerminkan apapun , karena itu hanya lah pelarian dari cognitive dissonance.

1.1 Prejudice dan stereotype
   Prejudice adalah attitude yang bersifat bahaya dan didasarkan pada generalisasi yang tidak akurat terhadap sekelompok orang berdasarkan warna kulit, agama,sex, umur , dll. Berbahaya disini maksudnya attitude tersebut bersifat negative.
     Sedangkan stereotype adalah generalisasi yang tidak akurat yang didasarkan pada prejudice. Kita semua memegang stereotype terhadap kelompok orang lain.
     Contoh dari Prejudice misalnya kita menganggap setiap orang pada suku tertentu itu malas, pelit , dan lain nya. Sedangkan contoh dari Stereotype , ketika kita sudah beranggapan begitu pada suatu suku , maka kita tidak akan menempatkan dia pada suatu posisi yang kita rasa gak cocok.

    Stereotype dapat bersifat positif maupun negative, namun kedua nya tetap saja membahayakan Karena 3 hal yaitu :
·       Stereotype membuat kita untuk tidak memperlakukan seseorang sebagai seorang individu, misal, kita cenderung melihat anggota dari kelompok berdasarkan stereotype kelompok nya
·       Stereotype membuat kita memiliki ekspektasi yang sempit tentang perilaku, misal, kita hanya akan memprediksi prilakub berdasarkan stereotype kelompok tertentu
·       Stereotype dapat menyebabkan faulty attribution , dimana attribution theory itu sendiri adalah teori yang menyatakan bahwa orang-orang cenderung mencari penjelasan perilaku orang lain dari perilaku orang itu sendiri
Faulty attribution adalah kita hanya melihat bukti yang mendukung stereotype kita dan menolak segala bukti yang bertolak belakang.

    Automatic prejudice merupakan prejudice yang muncul nya tidak kita sadari , prejudice ini muncul secara otomatis.

Penyebab dari prejudice dan Stereotype adalah sebagai berikut :
·       Realistic conflict , karena adanya persaingan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain nya, atau kelompok yang lebih kuat.
·       Us versus them, karena ada kecenderungan manusia untuk membuat 2 kelompok , yaitu kelompok kita danmereka. Kelompok kita disebut “in-group” sedangkan grup yang tersisih disebut “out-group”
·       Social learning, ketika kita mendapatkan tersebut melalu proses belajar dari orang lain.

Combating prejudice , merupakan cara untuk mengurangi prejudice, yaitu :
·       Recognize prejudice,  langkah paling awal, adalah untuk mengakui bahwa prejudice ini memang ada dan kita harus sadar dan mengerti akan konsekuensinya
·       Control automatic prejudice,  sebisa mungkin menolak prejudice yang bersifat negative
·       Increase contact among prejudiced groups, berhubungan, berkomunikasi yang langsung terhadap orang-orang dari kelompok lain, dengan hal ini prejudice akan dapat dikurangi , akan tetapi ada 4 hal yang harus di perhatikan, yaitu :
v Kedua grup harus mempunyai status yang kurang lebih sama
v Menganggapa seseorang sebagai individu, bukan pengecualian kelompok
v 2 grup yang berinteraksi secarta kooperatif
v Contact yang dilakukan bersifat informal



1.2  Human Diversity: Stereotype about Collage Students with Physical Challeges
                                                                                       
     Kebanyakan dari kita adalah orang-orang dengan badan yang normal (tidak cacat) yang tidak memilki keterbatasan yang serius dalam hal kemampuan melihat, mendengar, berbicara atau yang lain sebagainya. Namun sebagian dari kita adalah orang-orang yang memiliki keterbatasan pada kondisi fisiknya yang membuat aktivitas-aktivitas sehari-harinya menjadi lebih sulit atau bahkan tidak mungkin dapat dilakukan. Seperti halnya kelompok yang “berbeda” dari kebanyakan orang dalam masyarakat, orang-orang dengan keterbatasan fisik merupakan subjek dari stereotipe, prasangka-prasangka, keterbatasan-keterbatasan, dan stigma (kecacatan).  Faktor-faktor tersebut sangat dapat mempengaruhi kehidupan mereka.
Suatu study yang penting dari Catherine Fichten dan koleganya di Dawson College menemukan bahwa persepsi mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat mengenai teman sebayanya yang memiliki keterbatasan sangat berbeda dengan persepsi mahasiswa-mahasiswa yang memiliki keterbatasan fisik tentang dirinya sendiri. Tiga kelompok mahasiswa berpartisipasi dalam study ini: pengguna kursi roda, mahasiswa dengan penglihatan yang rusak, dan mahasiswa yang tidak cacat. Mereka menyelesaikan beberapa pertanyaan yang mengukur self-concept, perilaku berkencan, dan kecemasan dala situasi sosial. Pertama mereka menyelesaikan pertanyaan mengenai diri mereka sendiri kemudian mereka menyelesaikan pengukuran yang sama dengan cara apa yang mereka pikir tentang respon dari kelompok yang lain.
    Fichten dan koleganya menemukan bahwa mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat dan mahasiswa-mahasiswa dengan keterbatasan fisik memandang masing-masing kelompok dalam stereotipe. Sebagai contoh, mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat percaya bahwa mahasiswa-mahasiswa dengan keterbatasan fisik lebih memiliki kecemasan dalam berkencan, dan lebih sedikit berkencan daripada mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat. Sebagai tambahan, mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat melihat mahasiswa-mahasiswa yang memiliki keterbatasan fisik sebagai orang-orang yang nervous (gelisah/gugup), tidak agresif, merasa tidak aman, bergantung pada orang lain, dan tidak bahagia. Stereotipe tersebut tidaklah semuanya negatif. Mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat juga melihat mahasiswa-mahasiswa yang memiliki keterbatasan fisik  sebagai seseorang yang pendiam, jujur, baik hati, tidak egois, dan tidak memberatkan orang lain. Mahasiswa-mahasiswa yang memiliki keterbatasan fisik juga memiliki stereotipe terhadap mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat. Mereka melihat mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat sebagai orang yang banyak permintaan, argumentative (suka beragumentasi), terlalu percaya, seorang yang palsu (suka berpura-pura), dan tukang mengeluh.
     Dalam banyak kejadian, bagaimanapun, persepsi-persepsi stereotipe tersebut hanyalah berdasarkan mitos-mitos. Sebagai contoh, Fichten dan koleganya tidak menemukan perbedaan-perbedaan dalam beberapa acara kencan dan kecemasan tentang kencan yang dilaporkan oleh mahasiswa-mahasiswa yang memiliki keterbatasan fisik dan mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat, walaupun mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat berpikiran bahwa mahasiswa-mahasiswa dengan keterbatasan fisik tidak terlalu puas dengan kencan mereka. Dengan cara yang sama, walaupun mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat percaya bahwa score self-esteem dari mahasiswa-mahasiswa dengan keterbatasan fisik lebih rendah daripada mereka, disana ditemukan tidak ada perbedaan yang nyata pada self-esteem mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat, mahasiswa-mahasiswa dengan penglihatan yang rusak, dan mahasiswa-mahasiswa yang menggunakan kursi roda. Hal tersebut sangatlah menyolok bahwa bahkan mahasiswa-mahasiswa dengan keterbatasan fisik mereka kadang-kadang percaya mitos yang sama mengenai mahasiswa-mahasiswa lain yang memiliki keterbatasan fisik juga. Kedua mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat dan mahasiswa-mahasiswa yang memiliki keterbatasan fisik memiliki atribut  “handicapped (memiliki rintangan)”  stereotipe yang lebih banyak kepada mahasiswa-mahasiswa dengan keterbatasan fisik daripada mahasiswa-mahasiswa yang tidak cacat pada study Fichten.
     The Americans with Disabilities Act of 1990 membawa kebutuhan-kebutuhan dari orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik ke dalam kesadaran orang-orang di United State. Hal tersebut dirancang untuk membantu orang-orang dengan keterbatasan fisik meningkatkan akses kepada fasilitas publik dan ke tempat kerja. Bagaimanapun, seperti kasus dengan perundang-undangan lain, perubahan masyarakat memerlukan lebih dari sekedar jalur hukum. Apabila stereotipe ingin dikurangi, orang-orang yang tidak cacat dan orang-orang dengan keterbatasan fisik harus lebih banyak belajar mengenai satu sama lain melalui kontak/hubungan yang luas dibawah kondisi status yang sama. Meskipun demikian, diharapkan bahwa hukum dapat menjamin hak-hak dari orang-orang yang memliki keterbatasan fisik untuk belajar, bekerja dan berekreasi(hiburan) yang akan menciptakan kondisi  dimana orang-orang dengan atau tanpa keterbatasan fisik dapat saling mengenal satu sama lain secara individual. Pada waktunya, interaksi seperti itu akan meningkatkan derajat dari orang-orang yang cacat yang akan dapat berpartisipasi secara penuh dalam masyarakat tanpa stereotipe dan diskriminasi.

2. INTERPERSONAL ATTRACTION: FRIENDSHIP AND LOVE
2.1 PROCESS OF PERSON PERCEPTION
Tahap pertama untuk mengerti kenapa kita tertarik kepada seseorang daripada orang lain adalah untuk mengerti sesuatu tentang proses psikologis yang termasuk ke dalam person perception (proses pembentukan kesan terhadap orang lain).
Attribution Processes in Person Perception
Kita sering kali menilai orang lain berdasarkan dasar dari apa yang mereka lakukan dan kenapa mereka melakukan itu. Sayangnya, kita menghakimi alasan seseorang bahwa orang lain berperilaku seperti yang mereka lakukan, ketika kita meremehkan efek dari situasi sosial dan melebih-lebihkan kepentingan dari karakteristik personal mereka.
Secara kontras, kita lebih lebih sering menyamakan atribut perilaku negatif kita sendiri untuk mempengaruhi situasi sosial.
Psikolog sosial Fritz Heider (1958) mengistilahkan hal tersebut sebagai fundamental attribution error, yang berarti kecenderungan kita untuk meremehkan dampak negatif dari situasi pada orang lain ketika kita melebih-lebihkan dampak tersebut pada diri kita sendiri.  Dalam kecenderungan yang sederhana, attribution adalah proses dalam membuat keputusan tentang apa yang menyebabkan seseorang berperilaku seperti yang mereka lakukan. Aspek terpenting dari proses atribusi adalah menentukan apakah seseorang berperilaku seperti itu karena beberapa penyebab yang eksternal (situasional attribution) atau karena motivasi internal atau sifatnya sendiri (dispositional attribution). Kecuali jika kita dapat melihat perilaku seseorang secara konsisten berubah-ubah dalam suatu situasi, kita cenderung untuk meletakkan perilaku orang tersebut pada penyebab dispositional. Karena kita sering kali memiliki sedikit informasi mengenai perilaku seseorang yang secara konsisten dipengaruhi oleh situasi, kita membuat dispositional attribution terlalu sering.
Orang-orang di semua budaya membuat fundamental attribution error, tetapi orang yang tinggal pada budaya kolektivistik Asia Timur  lebih sedikit membuatnya daripada orang yang tinggal pada budaya individualistik Barat. Sebagai contoh, orang Cina dan Jepang lebih sedikit daripada orang Amerika untuk mengatributkan perilaku orang lain kedalam penyebab dispositional dan lebih sering merasa pengaruh situasional pada perilaku mereka. Hal ini dikarenakan budaya kolektivisme memperluas kepentingan dari konteks sosial dan lebih mengecilkan kepentingan individual. Hal ini mendorong orang-orang untuk cenderung berpikir mengenai pengaruh pengaruh sosial daripada karakteristik pribadi sebagai penyebab suatu perilaku. Pandangan orang Asia Timur tentang pentingnya pengaruh situasional pada perilaku manusia sering kali benar. Situasi sosial dapat sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap perilaku kita.
Negative Information: The Bad Outweighs the Good
Dalam beberapa hal, kita  cenderung untuk lebih menitikberatkan persepsi kita  pada informasi yang negatif daripada yang positif. Misalnya: kamu adalah seseorang yang hangat/bersahabat, memiliki fisik yang menarik, dan jujur terhadap orang lain. Kamu bertemu dengan seseorang di kelas yang kamu rasa sangat bersahabat dan menarik; kamu sangat nyaman berkomunikasi dengannya setelah pelajaran, tetapi ketika di tengah pelajaran dia meminta bantuanmu untuk membuat suatu kebohongan kepada pacarnya mengenai dimana ia berada tadi. Pendapatmu mengenai dia akan menjadi negatif karena kejujuran sangatlah penting bagimu. Kenyataan bahwa berbohong kepada pacarnya akan menutupi karakteristik positifmu kepadanya. Kebanyakan dari kita akan menolak kue yang kelihatannya sangat enak jika kita mengetahui bahwa kue itu mengandung racun tikus.
“Chemistry” of Love and Social Bonding
   Ketika kita berbicara mengenai “chemistry” dalam cinta, kita sering kali merujuk pada sesuatu tentang seseorang, atau proses dari jatuh cinta, yang sangat kuat tetapi kita bahkan tidak dapat menyentuhnya. Beberapa hal yang patut untuk dipertimbangkan dari penelitian, bagaimanapun, memberitahu kita bahwa ada senyawa penting dari cinta ─ dalam perasaan fisik mengenai “chemistry”.
   Walaupun buktinya masih bersifat sementara, hal tersebut muncul dari respon orang-orang pada hormon sex steroid yang ditemukan pada aroma tubuh manusia, khususnya androstadein. Ketika wanita menghirup senyawa ini pada kehadiran dari pria, mood mereka meningkat dan area dari otak yang termasuk ke dalam emosi menjadi aktif.  Hal ini belum terlalu jelas bahwa hormon sex memiliki efek yang cukup kuat untuk mengakibatkan ketertarikan sexual, tetapi study ini mengatakan hal ini mungkin saja terjadi.
   Ada bukti yang lebih kuat mengenai senyawa peptida yang ditemukan dalam otak dan aliran darah, oxytocin yang berperan penting dalam menciptakan dasar dari cinta, baik antara orang tua dan anak atau antara pasangan kekasih. Kedekatan dan sentuhan fisik (menyusui pada anak bayi) akan melepaskan oxytocin di otak. Oxytocin, sebenarnya menciptakan perasaan tenang, aman, dan sehat, dan juga mengurangi repon dari cabang nervous sentral dan periperal dari sistem nervous untuk stres.  Sentuhan fisik dan respon emosi yang positif dapat menjadi suatu kondisi orang yang satu dengan yang lainnya dan daapt meningkatkan ikatan antara dua orang. Lebih lanjut lagi, hal positif yang ditimbulkan oleh oxytocin dapat membuat seseorang lebih nyaman untuk berdekatan secara fisik, yang akan lebih menguatkan suatu ikatan. Jadi, bagian dari apa yang kita alami mengenai cinta berakar dari senyawa yang berada di otak, badan dan mood.
2.2 Characteristic of the Other Person in Interpersonal Attraction
Similar and complemantary characteristic
    Apakah kita cenderung lebih tertarik pada teman atau orang yang dicintai yang memiliki kepribadian yang hampir sama dengan kita atau tidak?
      Liliana mungkin menilai orang lain yang menyukai latihan fisik, sehat dan filosofis karena dia juga menyukai hal yang sama, menyenangkan apabila kita memiliki teman saat berlatih fisik. Mengajak kita untuk hidup sehat , dan terlibat dalam berbagai percakapan filosofis.
      Umumnya, similarity merupakan hal yang penting dalam ketertarikan satu sama lain. Kita cenderung menyukai orang-orang yang memiliki nilai hidup yang sama dengan kita, hal yang disukai dan prilaku yang sama pula.
    Opposites  juga dapat menyebabkan ketertarikan , kadang-kadang kita tertarik pada orang yang benar-benar berbeda dengan kita. Namun orang yang membuat kita tertarik ini masih sesuai dengan salah satu kepribadian kita. Misalkan, seorang gadis yang merasa dirinya lebih suka mendengarkan namun tetap easy going dan hangat dengan orang lain akan menyukai orang yang banyak bicara . pria yang talkactive lebih mudah menarik perhatian gadis ini. Sama halnya dengan orang yang dominant lebih memilih orang yang submissive dan orang yang suka memberi perhatian dan melindungi lebih memilih orang yang manja dan suka diperhatikan.

Competence dan Ideal self kita
    Kita mungkin saja cenderung menyukai seseorang yang berkompeten daripada tidak, seperti cerdas, memiliki keterampilan , kemampuan bersosialisasi yang baik, tampan,cantik, atletik dan banyak lagi merupakan gambaran umum mengenai ketertarikan pada seseorang. Namun, orang-orang yang kelihatan terlalu kompeten bisa saja membuat kita kehilangan ketertarikan terhadap dirinya. Penyebanya adalah seseorang yang terlalu kompeten tersebut membuat kita merasa tidak nyaman karena berbanding jauh dengan self kita.
    Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Elliot Aronson dan asosiasi nya. Penelitian ini memiliki motto “ sedikit lebih buruk daripada menjadi benar-benar sempurna“. Dua dari partisipan mendapatkan skor benar 90 persen dan masuk dalam kategori honor student , atlet, dan mahasiswa aktif pada kegiatan mahasiswa. Sedangkan dua lainnya mendapat skor benar 30 persen dan dikategorikan average dan bukan mahasiswa atlet. Diakhir percobaan, seorang mahasiswa superior dan seorang mahasiswa average diminta untuk menumpahkan secangkir kopi.  Dua mahasiswa superior mendapat nilai yang lebih tinggi daripada mahasiswa average. Tetapi mahasiswa superior yang melakukan kesalahan mendapat nilai tinggi dalam hal menarik perhatian. Kesalahan yang memalukan seperti menumpahkan kopi ke tubuhnya membuat dia jadi disukai oleh orang lain.
    Singkatnya, kita cenderung menyukai seseorang yang memiliki nilai karakter sama dengan kita dan tidak terlalu sempurna . karena apabila terlalu sempurna dan mendekati ideal self kita, kita menjadi tidak nyaman dan  memandang buruk diri kita.

Physical Attractiveness

   Meskipun kita sering diberi tahu agar tidak menilai seseorang dari penampilannya namun kita sulit untuk tidak menilai seseorang dari penampilan fisiknya ( berscheid & reis, 1998)
Orang-orang cenderung tertarik pada seseorang dengan fisik yang indah. Kita lebih menyukai seseorang yang cantik atau tampan dan beranggapan mereka lebih baik dan lebih mudah menyesuaikan diri dan lebih cerdas. Ketertarikan fisik merupakan faktor yang paling penting dalam tahap awal rasa ketertarikan pada seseorang.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Elaine Walster pada sebuah universitas dimana pria dan wanita dipisahkan secara random untuk kencan buta. Mereka merating setiap mahasiswa yang memiliki physical attractiveness dan memberi tes untuk mengukur tingkat kecerdasan , attitudes dan karakter kepribadian.  Setelah kencan buta mereka ditanya mengenai pasangan mereka dan menemukan bahwa mereka akan melanjutkan kencan buta tersebut karena pasangan mereka cerdas, mempunyai prilaku dan kepribadian yang baik.
    Kunci utama dari penelitian ini yaitu physical attractiveness mempengaruhi interpersonal attraction dimana terlihat dalam percobaan “ingenious”. Pria dan wanita , para pria diminta untuk menelpon pasangan nya dan diberi sebuah foto dan informasi tentang wanita tersebut, setelah mereka mengobrol ditelpon , ditemukan bahwa pria yang melihat foto gadis yang cantik dan informasi yang baik ternyata lebih hangat dalam melakukan percakapan dengan wanita di sambungan telfon nya . karena mereka berpikir bahwa wanita yang sedang berbicara dengan mereka cantik maka mereka secara langsung bersikap sangat baik kepada wanita itu .
Namun , tetap saja tak selamanya physical attractiveness ini membuat kita lebih mudah menyukai seseorang. Karena bisa saja seseorang yang kita anggap baik membuat kita mulai memikirkan bahwa dia lebih cantik. Cinta itu buta dan cantik atau tampan merupakan definisi cara pandang kita masing-masing.

2.3 Characteristic of perceiver

   Apa peran kita dalam mempersepsikan orang lain ? apakah karakter kita mempengaruhi persepsi orang lain ?

Personality dan interpersonal attraction,
   Ada bukti bahwa personality traits kita menggambarkan  bagaimana kita sebenarnya. Mempengaruhi dalam mempersepsi orang lain.
Emotions and person perception
    Terdapat bukti juga bahwa mood kita pada saat bertemu seseorang mempengaruhi persepsi nya terhadap kita. Emosi yang positif membuat orang lebih tertarik pada diri kita daripada emosi negatif yang dimunculkan pada situasi tertentu. Kita sering mendapat kesan dari orang lain berdasarkan emosi yang mereka ekspresikan. Informasi emosional ini adalah salah satu sumber emosional yang sulit diabaikan saat kita hendak membentuk kesan terhadap orang lain (Edwards & bryan , 1997)
Ada enam prinsip umum pada seseorang dalam membentuk kesan yaitu :
1.    Berdasarkan informasi minimal dan kemudian ciri-ciri umum dari orang bersangkutan.
2.    Memberi perhatian khusus pada sisi yang menonjol dari seseorang bukan memperhatikan seluruh ciri orang tersebut.
3.    Memberi makna yang koheren pada prilaku yang ditampilkan oleh orang bersangkutan bukan menginterpretasikan prilaku tersebut secara terpisah
4.    Cenderung memandang seseorang sebagai anggota kelompok bukan sebagai individu, contoh orang yang mengenakan baju putih kita anggap sebagai dokter meski mereka bukan dokter.
5.    Menggunakan struktur kognitif dalam memahami prilaku orang lain. Misal, apabila mengindetifikasi seorang wanita adalah dokter, kita menggunakan informasi mengenai apa saja tentang dokter bukan melihat ciri-ciri dan prilaku yang tampak dari wanita itu .
6.    Dipengaruhi oleh kebutuhan kita dan tujuan personal terhadap orang yang bersangkutan, misal kesan kita kepada orang yang pertama sekali ditemui akan berbeda dengan kesan kita terhadap teman karib.


Gender Difference in interpersonal Attraction
     Bukan rahasia umum lagi bahwa laki-laki tidak terlalu tertarik pada dunia percintaan  namun lebih pada hubungan jangka panjang berbeda sekali dengan wanita yang memandang sebuah hubungan itu secara lebih mendalam. Hasil dari sebuah penelitian mencatat bahwa laki-laki merasa bahwa dalam memulai sebuah hubungan , cinta adalah alasan yang terpenting berbeda dengan wanita yang lebih melihat kualitas dari hubungan tersebut seperti rasa hormat yang diberikan oleh pasangan nya serta dukungan dalam hubungan sosial.
   Selain itu, terbukti bahwa wanita lebih mementingkan kecerdasan, karakter , tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan dari pasangan yang dicintainya. Berbanding terbalik dengan laki-laki.
   Penelitian lainnya di amerika dikatakan bahwa laki-laki lebih mementingkan physical attractiveness dan berbeda dengan wanita yang tidak mementingkan faktor fisik.
Pada intinya , karena setiap orang berbeda-beda dalam mengevaluasi karakter yang sebenarnya sama, tentu saja ada beberapa orang yang akan menyukai kita, yang lainnya tidak menyukai kita dan yang lainnya mungkin bersikap biasa-biasa saja pada kita .

2.4 Extraneous factors in person perception
    Beberapa faktor memainkan peran penting dalam persepsi, seseorang memiliki sedikit perlakuan dengan seseorang dan kemungkinan bahwa hubungan dengan orang itu akan penuh arti dan bersifat kekal. Sayangnya faktor yang tidak relevan ini lebih dihubungkan untuk satu kesempatan.
  Primacy effects : Pentingnya kesan pertama
   Primacy effects adalah kecenderungan kesan pertama yang sangat besar mempengaruhi opini/pendapat  mengenai orang lain. Kesan pertama biasanya sangat penting dalam proses mempersepsikan seseorang. Semua orang memiliki hari baik dan hari buruknya, dan itu merupakan hal yang memalukan apabila persepsi orang lain mengenai kita dipengaruhi oleh apakah kesan pertama itu terjadi pada hari yang baik atau hari yang buruk. Seperti contoh apabila kamu dikenalkan dengan Barbara setelah kamu mendengar bahwa dia berkelakuan baik dan melakukan pembicaraan yang menarik untuk grup penjualanmu dalam kepentingan etnik dalam bisnis, kesan kamu akan positf terhadapnya. Namun, apabila kamu melihat Barbara di bar untuk pertama kalinya kasanmu akan negative terhadapnya dan cenderung mendominasi persepsimu mengenai dia, walaupun kamu akan mengetahui banyak informasi positif mengenai dia dikemudian hari.
Akibat dari kesan pertama dapat dikurangi dalam 3 kondisi:
a.     Prolonged exposure atau penjajakan yang lama
Penjajakan yang lama kepada seseorang cenderung mengurangi pengaruh kesan pertamamengenai orang itu. Meskipun penting dengan membuat kesan pertama yang menguntungkan pada hari pertama kerja, tidak perlu khawatir jika kamu tidak dapat melakukannya. Pada akhirnya teman kerjamu akan segera mengetahui sebernarnya dirimu. Informasi mengenai kamu yang dikumpulakn selama jangka waktu yang lama akan menghapus segala kesan pertama.
b.    Passage of time
Kesan pertama cenderung dilupakan seiring dengan berjalannya waktu. Jika kesan pertama dan kesan berikutnya berlalu dalam periode yang lama, kesan yang lebih baru akan menjadi pengaruh yang sangat besar.
c.     Knowledge of primacy effects
Ketika orang diperingatkan untuk menghindari pengaruh dari kesan pertama, primacy effects dapat dikurangi. Orang yang secara akurat mempersepsi seseorang perlu diajari mengenai bahaya primacy effect dan harus mengurangi pengaruh dari primacy effect dalam persepsi mereka.
Proximity
  Sesuatu yang penting, penyebab dari daya tarik lainnya adalah proximity (kedekatan) atau kedekatan geografis.Suatu hal yang sulit untuk dapat jatuh cinta dengan sesorang apabila kamu tidak selalu menghabiskan waktu dengannya.    Kedakatan fisik atau kontak interpersonal merupakan hal-hal yang perlu dilakukan untuk membangun daya tarik. Kamu akan lebih ramah dengan orang yang tinggal dekat rumah dibandingkan dengan orang yang tinggalnya lebih jauh. Mengapa bisa terjadi? Kedekatan fisik meningkatkan interaksi dan penunjukkan sifat yang berulang-ulang pada seseorang cenderung meningkatkan rasa suka.
MUTUAL LIKING
Mari kita akhiri diskusi ini pada faktor yang terlibat dalam ketertarikan interpersonal. Liking sering menimbulkan rasa suka sebagai imbalan. Jika Vicki menyukai Neal, dia membuat dirinya lebih menarik hanya untuk buat Neal menyukainya. Neal, jika dia seperti semua orang biasanya, akan lebih menarik untuk orang yang menyukainya daripada orang yang tidak menyukainya. Liking seseorang tidak akan mengubah Anda ke dalam sebuah kecantikan yang sangat menarik, tetapi itu akan menolong.
Satu alasan bahwa menyukai seseorang kenyataanya membuat kamu melihat lebih pada psycal attractiveness, khususnya jika nafsu lebih ikut andil di dalamnya. Kamu sudah pernah mendengar bahwa seseorang lebih cantik ketika jatuh cinta, dan itu adalah benar.  Matamu lebih menarik. Pupil lebih melebar ( terbuka ) ketika kamu melihat seseorang yang kamu temukan dengan seksual yang menarik dan yang lain menemukan pupil besar lebih menarik secara seksual ( Hess, 1975 ). Dan posturmu dan pergerakan lebih menarik dan menggiurkan.  Dengan cara yang halus, kamu lebih tertarik secara fisik ketika kamu tertarik kepada orang lain.
Alasan lain bahwa liking cenderung memimpin sebuah keinginan bahwa kamu lebih baik untuk orang-orang yang kamu suka. Sejumlah studi menunjukkan , bahwa kamu cenderung lebih menyukai seseorang ketika mereka memuji kita atau ketika mereka sudah melakukan sesuatu yang membuat kita senang. kesenangan dan pujian terasa bagus dan we like the giver better for having given them to us. Demikian, mengirimnya bunga atau memberikannya CD musik- itu hanya mungkin ujung dari keseimbangan cinta dalam kesenangan anda. Seperti yang mungkin anda duga, ada ketersediaan pada dampak pujian dan kesenangan. Jika mereka berlebihan, dan khususnya jika yang lain berpikir kamu bermuka dua dan mempunyai motif egois untuk sekedar berbagi dengan mereka, pujian dan hadiah tidak akan meningkatkan liking dan mungkin akan mengurangi liking ( Arroson, 1995 ).

2. 5 Maintaining Relationships
   
       Kami memiliki beberapa faktor  yang menentukan apakah kamu akan tertarik ke pada orang lain.Tetapi bagaimana tentang faktor yang terlibat dalam mempertahankan hubungan?Dengan asumsi bahwa salah satu orang yang menarik anda untuk menjadi teman anda,kekasih,ataupun pasangan,apa hal yang menentukan apakah anda dan rekan anda akan tetap memiliki hubungan?Jadi banyak hubungan itu di mulai dengan santai dan di akhiri denagan tangisan yang panjang.Mengapa?Dua faktor yang mempengaruhinya ialah:
      a)Perbedaan antara apa yang kamu harapkan untuk menemukan sesuatu dalam hubungan dan apa yang telah benar-benar anda temukan.
    b)Sejauh mana hubungan ini cukup seimbang dan adil.

     Harapan berlawanan dengan realitas dalam hubungan
        Bila kamu memulai sebuah hubungan dengan seseorang kamu tidak mengetahui dengan baik,bagian dari jatuh cinta dengan apa yang kamu harapkan dari seseorang untuk menyukainya.Beberapa dari harapan ini mungkin didasarkan pada bukti.Salah satu dari teman-temannya telah memberitahu kamu bahwa di adalah seseorang yang bagus dan adil,sehingga masuk akal untuk mengharapkan dia untuk  bersikap adil  dan baik terhadap anda.Kamu ketahuilah bahwa dia berada di profesi yang sama seperti kamu,sehingga kamu dapat mengharapkan untuk dapat berbagi pengalaman hari kerja mu dengan mudah kepadanya.Dugaan lainnya di dasarkan pada bukti.Dia telah memberi reaksi yang kuat,percaya diri sejauh ini ,sehingga kamu berasumsi bahwa dia akan selalu melakukan cara ini,meskipun tantangan yang besar kamu melihat  dia mengatasi kesalahan pelayan yang membawa sup tomat bukan minestrone.Kamu tahu bahw dia adalah kekasih yang luar biasa,walaupun ia hanya mencium kamu sekali dalam satu malam.Dia menyukai gaun outdoorsman,jadi kamu berharap dia menyukai backpacking sebanyak yang kamu lakukan.Dan dia terdidik,sehingga kamu merasa yakin bahwa di akan berbagi cinta untuk jalinan yang serius.
     Intinya adalah bahwa ketika harapan kamu cukup baik beralasan,beberapa dari mereka akan berubah menjadi tidak benar.Dia akan menjadi tidak sesuai dengan harapan kamu seperti sebelum memulai hubungan.Ini merupakan salah satu sebab utama berakhirnya hubungan.Bila hubungan orang lain ternyata secara signifikan berbeda dari  yang kamu harapkan,kamu mungkin tidak mau tetap menjalankan hubungan(Neff & Karney,2005);Hal ini jelas salah ketika seseorang kecewa dengan pasangannya (laki/perempuan) tingkat perhatian yang sebenarnya dan mau mendengarkan(Huston,Niehius,&Smith,2001).
     Bahkan ketika kamu mengetahui seseorang yang baik sebelum memulai sebuah hubungan yang serius,perbedaan antara harapan dan kenyataan dapat menjadi sebuah masalah.Satu dari sumber utama harapan yang tidak terpenuhi adalah pergeseran perubahan dari passionate love to companionate love (Hatfield,1998 Myers,1999).Ketika dua orang sedang jatuh cinta,mereka amat sering merasakan kegembiraan itu adalah sebuah hal yang merupakan campuran memabukkan dan indahnya romantis,sexual,dan perasaan lainnya.Bahkan di dalam hubungan yang paling sehat dan abadi,Bagaimanapun passionate love secara bertahap menjadi companionate love.tetapi, kurangnya pertemuan merupakan percampuran yang luar biasa dari pertemanan,intim,komitmen dan rasa aman.Walaupun romantis dan emosi sexual kadang berlanjut menjadi sebuah bagian yang penting dalam passionate love,perasaan ini hampir pasti menjadi kurangnya waktu untuk bertemu secara penuh.
    Jika salah satu atau kedua pasangan tidak mengharapkan passionate love atau jika perubahan terjadi lebih cepat dari yang di harapkan,kenyataan untuk passionate love bercampur ke dalam companionate love dapat menjadi lebih sulit.Disisi lain dari kedua pasangan benar-benar ingin menjalin hubungan yang panjang (Banyak orang tinggal dalam hubungan yang hanya sepanjang sisa cinta,kemudian meninggalkan rasa tidak puas atau menyakiti),dan bila kekecewaan itu sering kali sedikit mengelilingi cinta yang romantis maka ditangani dengan belas kasih dari kedua sisi,pasangan ini biasanya dapat mengatur peralihan.Akhirnya,harapan tentang hubungan cinta dapat gagal untu mencocokkan kenyataan karena perubahan pasangan dari waktu ke waktu.

      

Equity in Relationships
       Hubungan lebih mungkin untuk bertahan ketika hal baik yang kita berikan kepada pasangan kita hampir sama dengan apa yang pasangan kita berikan kepada kita.Ini merupakan ‘’hal’’ yang baik,pasangan memberikan satu sama lain lebih banyak dan bervariasi.Itu seperti pujian,membantu pekerjaan rumah,hari libur tanpa anak-anak,bunga,lelucon,bercinta,kemauan untuk mendengarkan tentang hari yang buruk,makanan yang menarik,ciuman,dan percakapan.Mereka juga menarik hal-hal yang mencakup seperti daya tarik fisik (Seseorang yang menarik untuk dilihat) kesehatan,dan kejujuran.
       Cita-cita yang ideal itu bahwa hubungan yang  abadi yang mana pasangannya memberikan dan menerima dalam jumlah yang sama  telah ditingkatkan dan diperbaiki oleh psikolog sosial (adams, 1965; Myners, 1999; Walster & Walster, 1978) dengan nama teori ekuitas.Teori ekuitas menyatakan bahwa pasangan akan merasa nyaman dalam hubungan mereka hanya bila rasio antara konstribusi dan manfaat yang dirasakan sama.
     Ada dua poin penting untuk diperhatikan dalam teori equation.Pertama, manfaat bahwa dua orang menerima satu sama lain tidak harus sama, tetapi rasio antara manfaat dan kontribusi harus sama.Seseorang yang baik memberikan banyak hubungan tetapi tidak menerima banyak dari hubungan dengan orang , tetapi tidak menerima banyak dari hubungan.Setiap orang hanya membutuhkan  keseimbangan seperti kepribadian mereka yang memberi dan menerima.
      Kedua,.Mereka hanyalah satunya yang bisa menilai seberapa besar dia memberi dan menerima.Sebuah pengamatan orang lain melihat sebuah hubungan sebagai  kemungkinan akan melihat hubungan sebagai sangat tidak adil ketika patners sendiri sangat senang dengan bercinta it.Tender mungkin sangat penting untucukup harus menerima (Messick & SENTIS, 1979). Jika kita tidak bk satu orang tetapi jauh kurang penting dibandingkan memasak yang baik untuk seseorang else.Unfortunately, meskipun, orang, cenderung belive bahwa jumlah'''' hal baik bahwa kita sendiri yang erhati-hati untuk mengkompensasi hal ini distorsi persepsi alami, dapat membawa kita untuk melihat sebuah ketidakadilan dalam hubungan kita ketika tidak ada sama sekali.

    Jika salah satu anggota dari sebuah hubungan merasakan hubungan menjadi tidak adil,
pasangan yang baik akan mengambil langkah untuk mengembalikan keadilan atau akan meninggalkan hubungan baik ketika kita merasa bahwa kita menerima terlalu sedikit dibandingkan dengan apa yang kita berikan atau ketika kita menerima terlalu banyak dibandingkan dengan apa kita beri.Di kasus lain, kita akan dimotivasi untuk mengembalikan keadilan dengan memberikan lebih atau kurang atau dengan meminta (di dalam beberapa cara lain untuk menginduksi) orang lain untuk memberikan kurang atau lebih.
                        



Daftar Pustaka

Lahey,Benjamin B. (1998 ). Psychology an Introduction 9th Edition. New york: McGraw Hill
Taylor, Shelley E, Letitia Anne Peplau, David O. Sears. ( 2009 ).Psikologi Sosial Edisi 12. Jakarta : Kencana
King, Laura A. ( 2010 ). Psikologi Umum Buku II. Jakarta : Salemba Humanika





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar