Sabtu, 09 Juni 2012

Tugas Mini Proyek 2011/2012


MINI PROYEK
TOPIK : Pendidikan Berkebutuhan Khusus suatu Fenomena
Judul :  Anak Berkebutuhan Khusus “ Autis “di Lingkungan  Sekolah Luar Biasa

 Nama Anggota :








PERENCANAAN

A.    Pendahuluan
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak-anak yang memiliki gangguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat. Anak-anak ini digolongkan lagi sebagai berikut : gangguan organ indra ( sensory), gangguan fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar (learning disorder), attention deficit hyperactivity disorder, dan gangguan emosional dan perilaku. Disini kami lebih menyoroti mengenai anak autis.

Banyak wilayah di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang jauh dari pusat kota, di mana sebagian besar penduduknya mungkin belum mengetahui banyak informasi mengenai Autis. Anak-anak penyandang autis ini mendapat perlakuan yang tidak selayaknya. Masyarakat memandang anak-anak ini dengan sebelah mata, anak-anak ini sering dianggap seperti orang gila dan orangtua dari penyandang autis ini pun sering merasa malu, sehingga anak-anak ini sering kali diasingkan, ataupun diisolasi oleh orangtuanya. Labeling inilah yang menghambat proses pengoptimalisasian potensi yang dimiliki anak-anak Autis.

Jika kita lihat di luar negeri, penderita autis ini sangat diperdulikan dengan semakin dioptimalkannya pendidikan pada anak-anak ini. Seharusnya dari hal tersebut kita dapat berkaca, dan memperbaiki diri, bahwa anak-anak ini juga sama, mereka juga punya hak untuk mengecap pendidikan, karena jika dilihat lagi di Negara kita, pendidikan untuk anak-anak ini masih lemah, sebab tidak semua masyarakat bisa menyekolahkan anak-anak ini di sekolah khusus anak berkebutuhan khusus karena terhambat oleh masalah biaya yang tergolong masih mahal,  padahal jika pendidikan ini dioptimalkan, mereka pun bisa sukses dan berprestasi bahkan melebihi anak normal. Pada kesempatan kali ini kami melakukan observasi yang akan sangat bermanfaat yaitu bagaimana anak penderita autis ini sekolah di salah satu sekolah SLB C, dari hasil observasi yang kami lakukan ini kami berharap kita semua akan sadar bahwa anak-anak ini juga bisa dan layak untuk mendapatkan perlakuan yang baik serta pendidikan yang baik. Sudah seharusnya pemerintah juga dapat lebih memperhatikan keberadaan anak autis di Indonesia dengan memfasilitasi kebutuhan pendidikan untuk anak autis dengan biaya pendidikan yang terjangkau.




                        
B.     Landasan Teori

            Autisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos yang artinya diri yang tidak berdaya. Menurut Kamus Lengkap Psikologi J.P Chaplin (2001), ada tiga pengertian autisme :
1.      cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri.
2.      menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan  menolak realitas.
3.      keasyikkan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri.
Penyebab autisme sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor predisposisi yang memungkinkan terjadinya autisme, yaitu: faktor genetik, faktor hormonal, kelainan pranatal, proses kelahiran yang kurang sempurna, serta penyakit tertentu yang diderita sang ibu ketika mengandung atau melahirkan sehingga menimbulkan gangguan pada perkembangan susunan saraf pusat yang mengakibatkan fungsi otak terganggu.
Pada sebagian anak gejala autisme sudah nampak semenjak lahir, namun sebagian pula sempat mengalami perkembangan sebagai anak normal, dan akhirnya perkembangannya itu berhenti sebelum mencapai usia 3 tahun. Gejala autis sangat terlihat jelas ketika anak berusia 3 tahun. Hal yang menarik lainnya dari autisme yaitu gejala ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dengan perbandingan 3:1.
Teori Psikososial
            Kanner mempertimbangkan adanya pengaruh psikogenik sebagai penyebab autisme: orangtua yang emosional, kaku, dan obsessif, yang mengasuh anak mereka dalam suatu atmosfir yang secara emosional kurang hangat, bahkan dingin. Pendapat lain mengatakan adanya trauma pada anak yang disebabkan hostilitas yang tidak disadari dari ibu, yang sebenarnya tidak menghendaki anak ini. Ini mengakibatkan gejala penarikan diri pada anak dengan autisme. Menurut Bruno Bettelheim, perilaku orangtua dapat menimbulkan perasaan terancam pada anak-anak. Teori-teori ini pada 1950-1960 sempat membuat hubungan dokter dengan orangtua mengalami krisis dan menimbulkan perasaan bersalah serta bingung pada para orangtua yang telah cukup berat bebannya dengan mengasuh anak dengan autisme.
Sumber lain menyebutkan Autistic disorder adalah adanya gangguan atau abnormalitas perkembangan pada interaksi social dan komunikasi serta ditandai dengan terbatasnya aktifitas dan ketertarikan. Munculnya gangguan ini sangat tergantung pada tahap perkembangan dan usia kronologis individu. Autistic disorder kadang-kadang dianggap early infantile autism, childhood autism, atau Kanner’s autism (American Psychiatric Association, h. 70, 2000).     Perilaku autistic digolongkan dalam dua jenis, yaitu perilaku yang eksesif (berlebihan) dan perilaku yang deficit (berkekurangan). Yang termasuk perilaku eksesif adalah hiperaktif dan tantrum (mengamuk) berupa menjerit, menggigit, mencakar, memukul, dsb. Di sini juga sering terjadi anak menyakiti dirinya sendiri (self-abused). Perilaku deficit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku social kurang sesuai, deficit sensori sehingga dikira tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak tepat, misalnya tertawa-tawa tanpa sebab, menangis tanpa seba, dan melamun.


World Health Organization's International Classification of Diseases (ICD-10) mendefinisikan autisme (dalam hal ini khusus childhood autism) sebagai adanya keabnormalan dan atau gangguan perkembangan yang muncul sebelum usia tiga tahun dengan tipe karakteristik tidak normalnya tiga bidang yaitu interkasi social, komunikasi, dan perilaku yang diulang-ulang (World Health Organozation, h. 253, 1992). WHO juga mengklasifikasikan autisme sebagai gangguan perkembangan sebagai hasil dari gangguan pada system syaraf pusat manusia. Autisme dimulai pada awal masa kanak-kanak dan dapat diketahui pada minggu pertama kehidupan. Dapat ditemukan pada semua kelas social ekonomi maupun pada semua etnis dan ras. Penderita autisme sejak awal kehidupan tidak berhubungan dengan orang lain dengan cara yang biasa. Delapan puluh persen anak autis memiliki IQ dibawah 70 (Davison, h. 436-437, 1998) yang bisa digolongkan juga sebagai retardasi mental.

Akan tetapi autisme berbeda dengan retardasi mental. Penderita retardasi mental menunjukkan hasil yang memprihatinkan pada semua bagian dari sebuah tes inteligensi. Berbeda dengan penderita autis, mereka mungkin menunjukkan hasil yang buruk pada hal yang berhubungan dengan bahasa tetapi mereka ada yang menunjukkan hasil yang baik pada kemampuan visual-spatial, perkalian empat digit, atau memiliki long term memory yang baik. Mereka mungkin memiliki bakat besar yang tersembunyi. Dahulu dikatakan autisme merupakan kelainan seumur hidup, tetapi kini autisme mempunyai harapan untuk menjadi normal dengan diberikannya pendidikan yang tepat sedini mungkin, yaitu pada masa kanak-kanak awal.


C.     Tujuan            
·  Untuk mengetahui bagaimana dampak pendidikan terhadap anak-anak autis di SLB
·  Untuk mengetahui bagaimana pendidikan berpengaruh terhadap perkembangan anak autis


D.    Alat dan Bahan
·         Laptop              
·          Reward
·         Kamera
·         Alat tulis
·         Pertanyaan wawancara
E.     Analisis Data
Data didapat dengan melakukan observasi  di salah satu sekolah SLB C terhadap salah satu anak penderita autis yang menjadi fokus observasi dan wawancara terhadap guru pribadi selama 17 tahun mendidik anak tersebut. Data dari hasil observasi dan wawancara menjadi sumber dan data ini yang kami simpulkan.

F.     Objek atau Subjek
Salah satu anak autis di SLB C di kota Medan ( Nama dan tempat sekolah serta nama anak dirahasiakan karena menjaga privasi Sekolah tersebut )


G.    Jadwal Pelaksanaan

        Bulan    
       
  
Kegiatan
Maret
April
Mei
juni
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Pemilihan topik
















Menentukan Judul
















Membuat Pendahuluan
















Menentukan Landasan Teori
















Membuat konsep penelitian
















Izin Ke Sekolah
















Meminta surat izin dari fakultas psikologi
















Mengantar surat ke sekolah
















Penelitian
















Menganalisis data & menarik Kesimpulan
















Mengevaluasi Kegiatan
















Membuat Poster
















Posting di Blog


















Keterangan :

  • Pemilihan topik                                                          : 15 Maret 2012
  • Menentukan Judul                                                      : 23 April 2012
  • Membuat Pendahuluan                                              : 25 April 2012
  • Menentukan Landasan Teori                                      : 25 April 2012
  • Membuat konsep penelitian                                      : 27 April 2012
  • Izin Ke Sekolah                                                           : 8 Mei 2012
  • Meminta surat izin dari fakultas psikologi                 : 9 Mei 2012
  • Mengantar surat ke sekolah                                      : 10 Mei 2012
  • Penelitian                                                                   : 10 Mei 2012
  • Menganalisis data & menarik Kesimpulan                 : 5 Juni 2012
  • Mengevaluasi Kegiatan                                              : 5 Juni 2012 
  • Membuat Poster                                                         : 6 Juni 2012
  • Posting di Blog                                                          : 8 Juni 2012


H.    Kalkulasi Biaya

Barang yang dibeli
Harga
·  reward (kue)
Rp   40.000
·  Transportasi
Rp   20.000
·  Poster
Rp   7.000
Jumlah
Rp  67.000



PELAKSANAAN
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2012. Pertama kali yang kami laksanakan adalah membeli reward berupa kue yang akan kami bawa ke SLB sekitar pukul 09.30 ke sebuah toko roti,  lalu kami menaiki angkutan umum untuk menuju lokasi, yaitu SLB C. Sekitar 30 menit perjalanan dengan sedikit perbincangan mengenai perasaan kami yang camour aduk antara senang dan takut bahwa akan bertemu adik-adik di sekolah SLB, akhirnya kami sampai di lokasi yang dituju yaitu sekitar pukul 11.00. Suster pengurus SLB menyambut kami dengan hangat, kami sangat senang sekali akan hal itu, lalu kami diberi wewenang oleh suster tersebut untuk naik ke kelas anak yang menjadi objek penelitian oservasi kami.
Sesampainya di kelas tersebut, ternyata anak-anak sedang istirahat dan hal itu merupakan waktu yang tepat untuk kami melakukan observasi. Hal  pertama  kami lakukan adalah menghampiri guru pendidik yang juga merupakan guru pribadi dari anak yang manjadi objek penelitian kami yang berada di kelas tersebut, dan menyapa adik-adik yang ada disana, sungguh satu kesempatan yang berharga sekali melihat senyuman bahagia dari adik-adik ini. Rasa haru menyelimuti perasaan kami. Setelah itu kami berkenalan dengan adik yang menjadi fokus utama kami, dia menyendiri, duduk di dekat jendela, dia tidak mau menatap kami, hanya jika sang guru memanggil namanya saja dia mau menoleh dan menyahut. Tibalah waktunya untuk kami mengambil gambar video yang sudah kami persiapkan dengan kemera digital sebelumnya. Sebagai dokumentasi, kami merekam kegiatan serta prestasi-prestasinya, contohnya merekam saat dia belajar, berpidato berbahasa inggris, dia mampu berbahasa dan menghitung yang sangat baik. Bukan hanya bahasa Inggris namun bahasa internasional lainnya dapat Ia kuasai, selain itu juga dia mampu mengoperasikan computer dengan sangat baik. Kekaguman kami bertambah ketika kami mendapatkan informasi mengenai dia dengan melakukan wawancara dengan guru pribadinya yang sudah selama tujuh belas tahun mendidiknya, semenjak dia berusia enam tahun hingga sekarag dia berumur dua puluh tahun guru tersebut menjadi guru pendidiknya. Banyak perubahan drastis yang terjadi padanya setelah dia sekolah di SLB ini.
Setelah sekitar dua jam melakukan observasi dan wawancara tiba wakunya kami untuk berpamitan, namun tidak lupa kami meminta adik-adik serta guru untuk berfoto bersama kami, sebagai kenang-kenangan yang berharga serta tidak terlupakan bagi kami. Sebagai tanda terimakasih kami terhadap sekolah serta guru yang bersedia membantu kami ini, kami memberikan sedikit tanda terimakasih kami yaitu berupa kue, yang kami berikan kepada guru juga suster, kami juga ingin memberikan kue kepada adik adik dan anak yang kami observasi namun ternyata tidak sembarangan makanan yang bisa diberikan kepada mereka, karena makanan mereka sudah diatur dengan baik dan ketat. Dan hal imi pengalaman sangat berharga bagi kami bisa berinteraksi langsung dengan adik-adik ini, senyum mereka tidak pernah lepas dari pandangan kami. Dan mengetahui secara nyata di lapangan bahwa mereka juga bisa berprestasi dan belajar sperti kita yang normal.
Setelah selesai observasi dari SLB, kami membahas data yang kami dapatkan lebih lanjut dan membuat kesimpulan dari data yang kami dapatkan tersebut.


PELAPORAN & EVALUASI


A.    Laporan
Kami melakukan wawancara kepada guru dengan pertanyaan sebagai berikut :
1.      Bagaimana riwayat hidup anak autis ini bu ?
2.      Bagaimana awalnya ibu dapat berinteraksi dengan anak ini dan mendidiknya , padahal seperti yang kita ketahui anak autis sangat antisocial ?
3.      Bagaimana cara Ibu mengajar serta mendidiknya ?
4.      Bagaimana kesehariannya selama di sekolah bu?
5.      Apakah kendala yang ibu hadapi selama mengajarnya?
6.      Bagaimana dampak pendidikan terhadap anak-anak autis di SLB ?
7.      Bagaimana pendidikan  yang dia dapatkan di SLB ini ?
8.      Apakah tujuan pendidikan ini untuknya ?
9.      Apakah ada pengaruh pendidikan ini terhadap perkembangan anak autis ?
10.  Apakah ada kemungkinan anak ini bisa sekolah di sekolah normal ?
11.  Apakah ada prestasi yang dia miliki selama sekolah?

Dari wawancara tersebut kami mendapatkan data sebagai berikut :
Sewaktu ibu anak ini mengandungnya, ibunya mengalami stress, jadi dapat dikatakan anak ini autis disebabkan faktor genetik, menurut penuturan Ibu guru pribadi anak ini. Sejak umur tiga tahun anak ini sangat antisocial, sama sekali dia tidak mau berinteraksi dengan orang disekitarnya, berbicara pun dia tidak mau sama sekali, akhirnya diketahui anak ini mengalami autis. Dengan rasa kekhawatiran orangtuanya, anak ini dibawa ke SLB, Ibu Ros ditunjuk menjadi guru pribadi  anak ini, namun bukan hal yang mudah menangani anak ini, awal pertemuan antara ibu Ros dan anak ini diawali dengan anak ini menggigit bu Ros, dengan gigitan yang sangat kuat menyebabkan tangan ibu Ros yang terkena gigitan tersebut berdarah, dan spontan Bu Ros menangis, lalu melihat bu Ros menangis, anak ini langsung berbicara dan meminta maaf kepada Bu ros, sungguh suatu keajaiban, bukan hanya untuk orangtua anak ini, namun juga untuk Bu Ros sendiri. Bu Ros langsung memeluk anak ini dengan sangat berbahagia, kejadian itu menjadi awal perkembangan pesat anak tersebut, dia mulai berbicara dengan baik namun hanya kepada orang-orang tertentu, salah satunya tentunya kepada bu Ros, yang selalu mendampinginya. Dari usia tiga tahun anak ini dididik oleh ibu ros hingga sekarang telah berumur dua puluh tahun. Menurut penuturan bu Ros anak ini menderita autisme murni ganda dimana ia berperilaku :Hyperaktip,epilepsies yang di alami selama 2 detik.
Walaupun ia yang mengalami autism, akan tetapi kemampuan kognitifnya yang hampir sama dengan anak normal. Anak ini mampu menyerap pelajaran dengan baik, seperti sudah disebutkan sebelumnya juga, anak ini mampu berbahasa lebih dari satu bahasa, seperti bahasa Inggris, dia juga dapat menghapal nama-nama Negara di belahan dunia beserta lagu-lagu nasionalnya, dia juga akan antusias sekali bila diminta bu Ros untuk berpidato bahasa Inggris dengan lancarnya. Dan dia juga berprestasi dalam bidang ini, yaitu pernah menjadi salah satu pemenang pidato bahasa Inggris SLB C se-Sumatera Utara. Namun bu Ros mempunyai strategi pengajaran yang khusus untuk anak ini, yaitu seperti yang disebutkan bu Ros, pertama harus menjiwai , mengambil hatinya dalam arti bisa mendekati dia  karena apabila dia sudah senang dan dekat dengan kita, dia akan menurut dan mau melakukan apa saja hal-hal yang kita katakan, begitulah cara Bu Ros dalam mengajar anak ini yaitu lebih menekankan kasih sayang dalam mendidiknya , sehingga anak ini dan bu Ros sangat dekat sekali, sudah seperti keluarga sendiri. Namun bukan berarti mereka sudah dekat tidak ada masalah, seperti yang sudah kita ketahui anak-anak ini memiliki masalah dalam hal emosi, jadi bisa saja anak ini tiba-tiba meluapkan emosinya yang tidak terkontrol dan bu Rosa mengatasinya degan cara membiarkan emosi anak ini keluar, dan setelah itu menasehatinya dengan penuh kasih sayang, dan memberi tahu bahwa hal tersebut tidak baik dilakukan. Sehingga anak ini dapat bersikap dengan lebih baik. Hal yang paling menakjubkan adalah ketika anak ini merakit computer sendiri, sesaat setelah ayahnya membeli computer yang masih berbentuk kerangka, dia langsung merakit computer tersebut, tanpa bantuan orang lain, sungguh sangat mengagumkan, dia juga langsung dapat mengoperasikan computer tersebut tanpa belajar dengan siapapun padahal hal tersebut belum pernah dipelajarinya sesuai dengan teori yang ada bahwa anak-anak ini menyimpan bakat tertentu.
 Keseharian anak ini disekolah sudah sangat baik, setelah dia mau berbicara akibat kejadian pertama kali bertemu ibu Ros tersebut, dia sudah lebih baik dalam hal interaksi dengan oran lain, di sekolah dia sudah mau berbicara kepada teman-temannya, namun dia masih akan diam ketika bertemu orang yang belum terlalu ia kenal. Pendidikan yang dia dapatkan di sekolah ini yaitu dengan menempatkan anak sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Anak ini sudah ditempatkan pada jenjang SMA di SLB ini karena dia sudah lulus melewati ujian SD, SMP, pelajaran yang di ajarkan juga beragam yaitu semua bidang studi, hampir sama seperti di sekolah normal, sepeti IPA, IPS, matematika, bahasa, agama, seni, keterampilan, dan tata cara sederhana dalam kehidupan sehari-hari misalnya cara mencuci tangan yang benar demi membangun kemandirian anak, banyak hasil karya kreativitas anak ini dipajang di dinding sekolah, sangat bagus-bagus sekali, seperti lukisan, sulaman, rumus-rumus dan masih banyak lagi.
 Adapun tujuan dari pendidikan ini sesuai dengan visi misi dari sekolah menjadikan anak terdidik dan mandiri , menjadikan anak yang terampil, mampu berinteraksi hingga akhirnya anak-anak ini mampu hidup dan berguna dalam masyarakat selayaknya orang normal.  Sudah jelas perkembangan pesat yang terjadi pada anak ini setelah dia bersekolah di SLB, dari interaksi yang sudah membaik, kognitif yang terus berkembang dengan baik pula ditunjukkan dengan prestasi yang dia raih, dan ingatan yang sangat kuat, dia mampu mengingat dengan baik kejadian apa saja yang dialaminya, contohnya saja saat ditanyakan kapan dia menggigit tangan ibu Ros, dia bisa mengingat hari, tanggal, sampai jam berapa hal itu terjadi dia bisa mengingat padahal kejadian tersebut sudah 17 tahun yang lalu. Dia juga mengatakan dia ingin melanjutkan kuliah di luar negeri dan memilih jurusan bisnis, dari hal ini kita bisa tahu bahwa dia juga memiliki angan serta impian seperti kita, jadi sayang sekali jika anak-anak ini tidak diberikan pendidikan yang layak, karena jika dikembangkan dengan baik dan tepat terkait dengan pendidikan yang layak tentunya, anak-anak ini bisa berprestasi dan sukses karena mereka sama seperti kita, beri mereka kesempatan yang sama, jangan memandang mereka sebelah mata, mari kita buka mata hati kita, karena tidak selayaknya mereka diasingkan, mereka selalu bersikap ramah dan ceria, mereka sama seperti kita, bahkan seharusnya kita bercermin kepada anak-anak ini.

Desain Poster






B.     Evaluasi
                   Dalam mengerjakan proyek mini, tidak ada hambatan yang begitu berarti, hanya saja kami sulit untuk menentukan waktu yang tepat untuk pengerjaan lebih lanjut setelah dari SLB, karena waktu yang bertabrakakan antar anggota kelompok. Sehingga sangat lambat dalam penyelesaian, seperti membuat kesimpulan juga dalam pembuatan poster.
                   Namun secara keseluruhan berjalan baik, karena dikerjakan dengan kerja sama yang baik antar anggota dalam kelompok. Saling melengkapi, memberi pendapat bagaimana baiknya untuk menyelesaikan tugas ini.
C.    Testimoni
  Testimoni Kelompok :
Menurut kelompok, proyek mini adalah tugas yang sangat bermanfaat, memberi pengetahuan, menambah wawasan serta melatih kami untuk berani terjun ke lapangan, melatih mental kami juga untuk meghadapi dan berinteraksi dengan masyarakat, khususnya dengan adik-adik yang ada di SLB, yang merupakan pengalaman yang sangat berharga sekali bagi kami. Dengan adanya proyek mini membuka mata hati kami bahwa masih banyak hal-hal yang harus kita ketahui kita pelajari sebagai mahasiswa, yaitu dengan terjun langsung ke lapangan.

     Testimoni Anggota :
·  Etika Mandasari 111301014
          Weew,,,,beneran pengalaman yang tak terlupakan tugas pddk3sks yang di berikan oleh dosen saya dan membuat saya sedikit repot. Tugas mini proyek yang kelompok kami lakukan adalah mengobservasi ABK di SLB-di kota medan. Pertama kali saya datang ke SLB,itu lah observasi yang tidak dapat di lupakan,karena saya dan kelompok saya melihat ank-anak yang sama seperti kami tapi dalam keadaan cacat mental.Mereka sama seperti anak normal lainnya. Memiliki teman bermain,belajar,menghadapi ujian.Yang membedakannya hanyala mereka sulit untuk berkomunikasi dan berinteraksi.Tapi saya benar-benar merasa takjub terhadap mereka, walaupun mereka mengalami gangguan mental tapi mereka sama seperti anak lainnya,yang memiliki harapan dan cita-cita yang tinggi.Semangat belajar merekapn sangat tinggi. 4 jam lebih kami menunggu mereka untuk melaksanakan ujian,rasa cape dan bosanpun sekejap luntur,karena kami dapat bermain,belajar dan mendapatkan pengalaman yang tidak terlupakan adalah mereka tidak pernah mengeluh.. ‘’ Jangan pernah pandang mereka berbeda,mereka sama seperti kita.Memiliki semangat,senyuman dan harapan yang tinggi untuk masa depan’’. Oleh karena itu syukurilah apa yang sudah ada pada diri kita,janngan pernah mengeluh atas segala sesuatu yang telah kita miliki.Masih banyak teman-teman kita yang jauh belum beruntung di bandingkan kita…

·  Gustina Handayani Harahap 111301016
Kesempatan yang berharga sekali bagi saya ketika bisa berinteraksi langsung dengan anak-anak ini, rasa kagum dan haru saya rasakan ketika melihat senyuman adik-adik yang ada di SLB C ini, keceriaan tidak pernah luntur dari wajah polos mereka, dan keramahan mereka juga membuat saya betah disana, hal ini membuka mata hati saya bahwa mereka juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Yang jelas, proyek mini sangat bermanfaat bagi saya selain bisa secara langsung bertemu adik-adik di SLB, dan menambah wawasan tentunya, kerjasama antar kelompok juga terjalin dengan baik, sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan baik, walaupun ada kendala, namun sejauh ini bisa diatasi. Pokoknya proyek mini terasa sekali manfaatnya untuk saya.

·  Sharfina Fathin Yasin 111301110
            Menurut saya tugas ini berguna bagi saya karena saya dapat bertemu dengan anak-anak yang luar biasa seperti mereka. Saya merasa kalau mereka itu sama seperti kita yang memiliki cita-cita dan juga angan-angan yang tinggi.




Daftar pustaka :
Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media GroupDavison, Gerald C. 1998. Abnormal Psychology. New York : John Wiley and Sons. Inc
World Health Organization. 1992. The ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorder.Genewa : WHO
http://psiko-for-us.web.id/artikel/pendidikan-untuk-anak-autis/

Dokumentasi Kami ^_^








Tidak ada komentar:

Posting Komentar