Peningkatan pelayanan pendidikan itu
diharapkan dapat menampung anak autisme lebih banyak serta meminimalkan problem
belajar terutama pada anak-anak autisme (learning problem).Salah satu upaya
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan dan pendidikan anak autisme
diperlukan pendidikan integrasi dan implementasinya dalam bentuk group/kelas
(sekolah), individu (one on one) serta pembelajaran individual melalui
modifikasi perilaku.
Pendidikan
Integratif
Konsep pendidikan integratif
memiliki penafsiran yang bermacam-macam antara lain:
·
Menempatkan
anak autisme dengan anak normal secara penuh
·
Pendidikan
yang berupaya mengoptimalkan perkembangan fungsi kognitif, efektif, fisik,
intuitif secara integrative
·
Mengintegrasikan
anak autisme dengan anak normal sepenuhnya
·
Mengintegrasikan
pendidikan anak autisme dengan pendidikan pada umumnya
·
Mengintegrasikan
dan mengoptimalkan perkembangan kognisi, emosi, jasmani, intuisi, pada autisme
·
Mengintegrasikan
apa yang dipelajari disekolah dengan tugas masa depan
·
Mengintegrasikan
manusia sebagai mahluk individual sekaligus mahluk sosial
Hasil pengamatan di lapangan
menunjukkan bahwa banyak anak autisme yang belajar bersama anak normal, tetapi
mereka tidak memperoleh pelayanan pendidikan secara memadai atau mereka tidak
mendapatkan sekolah dengan alasan yang tidak jelas.Penyebabnya adalah kurangnya
sumber daya manusia dan banyak tenaga ahli yang belum memiliki pengetahuan yang
cukup tentang anak autisme atau rasio penyelenggaraan yang sangat mahal,
sehingga masih sedikit sekolah yang mau menerima anak autisme karena berbagai
alasan diatas.Menyelenggarakan pendidikan integrasi disekolah merupakan
kemajuan yang baik, tetapi tidak semudah membalikkan tangan.Namun kita harus
berani memulai supaya anak autisme mendapat tempat dan penanganan yang terbaik.
Dimanakah Anak Autisme Harus Sekolah
Komunitas autisme di Jakarta sudah mencapai
populasi yang besar dan belum ada sisitem pendidikan yang sistematis.Kalaupun
ada biayanya mahal atau belum ada sekolah yang benar-benar sesuai.Tidak ada
yang salah dalam situasi ini, baik lembaga, orang tua atau para ahli, mengingat
masalah autisme ini masih tergolong baru. Penulis hendak menekankan dengan
pemikiran yang sederhana tentang penanganan pendidikan autisme secara benar,
dapat digunakan oleh semua kalangan, serta dapat membantu memberikan gambaran
anak ini akan dibawa kemana. Kondisi yang harus kita terima sangat berat pada
saat anak kita divonis autisme seakan semua pintu telah tertutup, semua jalan
jadi buntu, semua kesempatan sudah terlambat. Hanya mukjizat yang akan datang
dari Allah. Keadaan yang berat timbul pada saat mengetahui anak kita mengalami
hambatan dalam perkembangan dan pertumbuhan dan saat anak memiliki cukup umur
harus masuk sekolah.
Beberapa lembaga pendidikan (sekolah) yang
selama ini menerima anak autis adalah sebagai berikut;
Anak
Autis di sekolah Normal dengan Integrasi penuh
1. Anak Autis di sekolah Khusus
2. Anak Autis di SLB
3. Anak Autis hanya menjalani terapi.
Kebanyakan sekolah juga belum memiliki
jawaban yang baik untuk saat ini. Yang ada orang tua dan guru-guru sekolah
harus bekerja sama, bersikap terbuka, selalu komunikasi untuk membuat
perencanaan penanganan dengan tehnik terbaik. Langkah-langkah penerimaan oleh
sekolah:
Tentukan jumlah anak autisme yang akan
diterima misal, dua anak dalam satu kelas dan lain-lain.
1. Lakukan tes untuk melihat kemampuan
serta menyaring anak
2. Setelah tes, wawancara orang tua
untuk melihat pola pikirnya, apa tujuan memasukkan anak ke sekolah.
3. Buatlah kerangka kerja dan hasil
observasi awal.
4. Susun bagaimana mengatur evaluasi
anak dalam hal: siapa yang
bertanggung jawab mengawasi, menerima
complain, periode laporan perkembangan
dan lain-lain.
5.Buatlah
kesepakatan antara orang tua dan sekolah bahwa hasil yang dicapai adalah paling
optimal.
Bagaimana mengenai pendidikan anak autis?
Perlu diketahui bahwa setiap anak
autis memiliki kemampuan serta hambatan yang berbeda-beda.Ada anak autis yang
mampu berbaur dengan anak-anak ’normal’ lainnya di dalam kelas reguler dan
menghabiskan hanya sedikit waktu berada dalam kelas khusus namun ada pula anak
autis yang disarankan untuk selalu berada dalam kelas khusus yang terstruktur
untuk dirinya. Anak-anak yang dapat belajar dalam kelas reguler tersebut
biasanya mereka memiliki kemampuan berkomunikasi, kognitif dan bantu diri yang
memadai. Sedangkan yang masih membutuhkan kelas khusus biasanya anak autis
dimasukkan dalam kelas terpadu, yaitu kelas perkenalan dan persiapan bagi anak
autis untuk dapat masuk ke sekolah umum biasa dengan kurikulum umum namun tetap
dalam tata belajar anak autis, yaitu kelas kecil dengan jumlah guru besar,
dengan alat visual/gambar/kartu, instruksi yang jelas, padat dan konsisten,
dsb).
Bagaimana metode belajar yang tepat bagi anak
autis?
Metode belajar yang tepat bagi anak
autis disesuaikan dengan usia anak serta, kemampuan serta hambatan yang
dimiliki anak saat belajar, dan gaya belajar atau learning style masing-masing
anak autis. Metode yang digunakan biasanya bersifat kombinasi beberapa metode.Banyak,
walaupun tidak semuanya, anak autis yang berespon sangat baik terhadap stimulus
visual sehingga metode belajar yang banyak menggunakan stimulus visual
diutamakan bagi mereka. Pembelajaran yang menggunakan alat bantu sebagai media
pengajarannya menjadi pilihan. Alat Bantu dapat berupa gambar, poster-poster,
bola, mainan balok, dll. Pada bulan-bulan pertama ini sebaiknya anak autis
didampingi oleh seorang terapis yang berfungsi sebagai guru pembimbing khusus
Pengajar seperti apa yang dibutuhkan bagi anak
autis?
Pengajar yang dibutuhkan bagi anak autis
adalah orang-orang yang selain memilii kompetensi yang memadai untuk berhadapan
dengan anak autis tentunya juga harus memiliki minat atau ketertarikan untuk
terlibat dalam kehidupan anak autis, memiliki tingkat kesabaran yang tinggi,
dan kecenderungan untuk selalu belajar sesuatu yang baru karena bidang autisma
ini adalah bidang baru yang selalu berkembang.
Suasana belajar seperti apa yang dibutuhkan anak
autis?
Tergantung
dengan kemampuan dan gaya belajar masing-masing anak autis. Ada anak autis yang
mencapai hasil yang lebih baik bila dibaurkan dengan anak-anak lain, baik itu
anak ’normal’ maupun anak-anak dengan kebutuhan khusus lainnya.Ada anak autis
yang lebih baik bila ditempatkan pada suasana belajar yang tenang, tidak banyak
gangguan atau stimulus suara, warna, atau hal-hal lain yang berpotensi
mengalihkan perhatian.
Apa saja yang diajarkan dalam pendidikan anak
autis?
Komunikasi
(bahasa ekspresif dan reseptif), ketrampilan bantu diri, ketrampilan
berperilaku di depan umum, setelah itu dapat diajarkan hal lain yang
disesuaikan dengan usia dan kematangan anak serta tingkat inteligensi,.
Sampai umur berapa tahun anak autis mendapat
pendidikan khusus?
Semua itu
sekali lagi tergantung pada kemampuan anak, gaya belajar anak, serta sejauh
mana kerjasama antara orangtua atau pengasuh dengan pendidik atau terapis.
Umur berapa anak sudah dapat dilepas masuk ke
sekolah umum?
Lagi-lagi
hal ini tergantung pada kemampuan anak.
Berapa besar kemungkinan anak autis berbaur dengan
murid lain di sekolah biasa?
Kemungkinan selalu ada. Akan tetapi semua
itu tergantung pada kemampuan anak autis tersebut dan apakah sistem pendidikan
atau fasilitas di sekolah ’biasa’ itu mendukung berbaurnya anak autis dengan
murid-murid lain dalam kelar reguler.
Apakah pada
akhirnya anak autis dapat hidup di lingkungan umum tanpa perlakuan khusus?
Untuk beberapa kasus yang amat jarang
terjadi (sampai saat ini), ada individu dengan autisma dengan kemampuan
berkomunikasi yang memadai, tingkat inteligensi yang memadai, serta pendidikan
dapat mendukung dirinya untuk mandiri dan berbaur dengan lingkungan tanpa
perlakuan khusus.Hal ini bergantung pada faktor internal (diri anak autis
sendiri) dan faktor eksternal, yaitu lingkungan, apakah sistem di lingkungan
mendukung atau memungkinkan anak autis untuk dapat berfungsi secara baik dalam
kesehariannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar