Senin, 02 Juli 2012

Sejarah Erik Erikson



Erik Erikson lahir di Frankfurt, Jerman pada 15 Juni 1902. Erik Erikson memiliki seorang ayah keturunan Denmark yang tidak diketahui namanya dan  ibu bernama Karla Abrhamsen seorang Yahudi. Namun ayah biologisnya juga tidak diketahui secara pasti. Saat Erik Erikson masih dalam kandungan ibunya, ayahnya pergi meninggalkan ia dan ibunya. Setelah Erikson lahir, ibunya dilatih untuk menjadi seorang perawat dan kemudian mereka pindah ke Karlsruhe sebuah kota di Jerman bagian selatan. Pada tahun 1904, ibunya menikah dengan seorang dokter spesialis anak yang bernama Theodor Homburger. Nama Erik Erikson pun berubah menjadi Salomonsen Erik Homburger Erikson.
Salah satu keprihatinan terbesar dalam kehidupan Erikson adalah perkembangan identitasnya sendiri. Konsep-konsep identitas yang dikembangkan oleh Erikson didasarkan pada pengalamannya sendiri saat ia bersekolah. Ia juga mengalami saat-saat krisis di tahun awal kehidupannya. Selama masa kanak-kanak hingga masa awal dewasa ia dikenal dengan nama Homburger Erik. Kedua orang tuanya juga selalu merahasiakan tentang kelahirannya. Di sekolah, ia tidak diterima oleh anak-anak lainnya karena ia seorang Nordic. Nordic adalah anak-anak yang bertubuh tinggi, berambut pirang, dan bermata  biru. Selain itu, ia tidak diterima oleh anak-anak lain karena ia seorang Yahudi. Setelah ia lulus dari sekolah menengah, Erikson memutuskan untuk menjadi seorang seniman. Dia sempat belajar di sekolah seni dan melakukan pameran atas karya-karyanya. Namun, pada akhirnya ia meninggalkan sekolah seni dan memutuskan hidup mengembara untuk mencari identitasnya. Ia berkeliling Eropa, mengunjungi museum-museum dan hidup sebagai orang jalanan. Pertama kalinya Erikson belajar sebagai child analyst melalui tawaran Anna Freud yang merupakan anak dari Sigmund Freud untuk belajar di Vienna Psychoanalytic Institute selama kurang lebih 6 tahun. Beberapa saat kemudian ia bertemu dengan seorang guru tari dari Kanada bernama Joan Serson dan mereka pun menikah. Mereka memiliki 3 orang anak. Sejak Nazi berkuasa, ia dan istri serta anak-anaknya hidup berpindah-pindah. Mulai dari ke Copenhagen, Denmark, lalu pada akhirnya mereka hidup di Boston. Di sana ia diterima untuk mengajar di Harvard Medical School. Ia juga membuka praktik psokoanalisis yang mengkhususkan perawatan anak-anak.
Pada masa ini Erikson bertemu dengan Henry Murray dan Kurt Lewin yang keduanya adalah seorang psikolog. Ia juga bertemu dengan beberapa antropolog, yaitu Ruth Benedict, Margaret Mead, dan Gregory Beteson. Para psikolog dan antropolog ini mempengaruhi perkembangan teori Erikson.
Kemudian, Erikson mengajar di Yale University. Ia melakukan studi tentang kehidupan modern suku Lakota dan Yurok. Studi inilah yang kemudian mengangkat nama Erikson.
Pada tahun 1950, ia menulis Childhood and Society yang berisi kesimpulan penelitiannya tentang penduduk asli Amerika, analisis tentang Maxim Gorky dan Adolph Hitler, dan beberapa ringkasan teori Freudian. Erikson menghabiskan waktu bekerja dan mengajar di sebuah klinik di Massacchussets selama 10 tahun dan 10 tahun kemudian ia kembali ke Harvard. Meskipun ia telah pensiun pada tahun 1970 ia tetap menulis serta melakukan penelitian bersama istrinya. Kemudian Erikson meninggal di Harwich, Amerika Serikat pada 12 Mei 1994 saat ia berusia 91 tahun.

B.DEFINISI KEPRIBADIAN MENURUT ERIKSON
Erikson membagi perkembangan kepribadian menjadi delapan tahap psikososial. . Perbedaan utama antara teori-teori mereka adalah bahwa Erikson menekankan korelasi psikososial, sedangkan Freud berfokus pada faktor biologis .Karena teori Erikson memilki kemiripan dengan teori Freud, Erikson dikatakan sebagai Neofreudian.
Erikson membentuk teori kepribadiannya berdasar pada pengalaman pribadinya mengenai pertumbuhan egonya. Seperti yang dikatakan sebelumnya, teori Erikson memilki kesesuaian dengan pandangan Sigmund Freud dalam teorinya. Namun, Erikson menambahkan beberapa point tentang teorinya :

*      Teorinya mengembangkan delapan tahap psikososial yang mencakup seluruh rentang kehidupan.
*      Erikson meneliti perkembangan identitas
*      Erikson mengembangkan metode yang berbeda dari setting psikoanalitik.

Teori kepribadian yang dikemukakan oleh Erikson menyatakan adanya tahap-tahap perkembangan psikososial yang pada umumnya dihadapkan dengan konflik sosial yang  konflik ini akan mempengaruhi perkembangan kepribadian individu. Pengertian kepribadian menurut Erikson menyatakan bahwa tahap-tahap kehidupan seorang manusia sejak lahir hingga meninggal dibentuk oleh pengaruh-pengaruh interaksi sosial yang menjadikan seseorang matang secara fisik dan psikologis.
Selain itu, jika Freud menyatakan bahwa keseimbangan antara id, ego, dan superego yang membentuk kepribadian, Erikson lebih menekankan pada interaksi individu dengan lingkungan sosialnya dalam pembentukan kepribadian, serta peran ego lah yang berperan dalam lingkungan sosial tersebut. Menurut Erikson, ego tidak hanya berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan tetapi juga mampu menemukan solusi-solusi kreatif terhadap masalah yang dihadapinya. Ia juga menyatakan bahwa perkembangan ego merupakan asumsi mengenai perkembangan manusia.


C.STRUKTUR KEPRIBADIAN MENURUT ERICKSON

Ego Kreatif
            Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego yakni kepercayaan dan penghargaan, otonomi dan kemauan, kerajinan dan kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta, generativitas dan pemeliharaan, serta integritas. Ego ini dapat menemukan pemecahan kreatif atas masalah baru pada setiap tahap kehidupan. Ego bukan menjadi budak lagi, namun dapat mengatur id, superego dan dibentuk oleh konteks cultural dan historik. Berikut adalah ego yang sempurna menurut Erikson:
v  Faktualitas adalah kumpulan fakta, data, dan metoda yang dapat diverifikasi dengan metode kerja yang sedang berlaku. Ego berisi kumpulan fakta dan data hasil interaksi dengan lingkungan.
v  Universalitas berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan (sens of reality) yang menggabungkan hal yang praktis dan konkret dengan pandangan semesta, mirip dengan prinsip realita dari Freud.
v  Aktualitas adalah cara baru dalam berhubungan satu dengan yang lain, memperkuat hubungan untuk mencapai tujuan bersama.
Pada dasarnya Erikson tidak menentang apa yang dinyatakan oleh Sigmund Freud bahwa struktur kepribadian terdiri dari ID, EGO, SUPEREGO. Akan tetapi Erikson mengulas lebih dalam mengenai EGO, Menurut Erikson, ego sebagian bersifat tak sadar, mengorganisir dan mensitesa pengalaman sekarang dengan pengalaman diri masa lalu dan dengan diri masa yang akan datang. Ia menyatakan bahwa ketiga aspek EGO ialah saling berhubungan. Ketiga aspek tersebut, yakni:
*      body ego (pengalaman orang dengan tubuhnya)
*      ego ideal (mengenai bagaimana seharusnya diri, sesuatu yang bersifat ideal)
*      ego identity (gambaran mengenai diri dalam berbagai peran sosial)

Teori Ego dari Erikson memandang bahwa perkembangan kepribadian mengikuti prinsip epigenetik. Bagi organisme, untuk mencapai perkembangan penuh dari struktur biologis potensialnya, lingkungan harus memberi stimulasi yang khusus. Sama seperti Freud, Erikson menganggap hubungan ibu dan anak menjadi bagian penting dari perkembangan kepribadian. Tetapi Erikson tidak membatasi teori hubungan id dan ego dalam bentuk usaha memuaskan kebutuhan id oleh ego.
CIRI KHAS PSIKOLOGI EGO ERIKSON
  1. Erikson menekankan kesadaran individu untuk menyesuaikan diri dengan pengaruh sosial. Pusat perhatian psikologi ego adalah kemasakan ego yang sehat.
  2. Erikson berusaha mengembangkan teori insting dari Freud dengan menambahkan konsep epigenetik kepribadian.
  3. Erikson secara eksplisit mengemukakan bahwa motif mungkin berasal dari impuls id yang tak sadar, namun motif itu bisa membebaskan diri dari id seperti individu meninggalkan peran sosial di masa lalunya. Fungsi ego dalam pemecahan masalah, persepsi, identitas ego, dan dasar kepercayaan bebas dari id, membangun sistem kerja sendiri yang terlepas dari sistem kerja id.
  4. Erikson menganggap ego sebagai sumber kesadaran diri seseorang. Selama menyesuaikan diri dengan realita, ego mengembangkan perasaan yang berkelanjutan pada diri dengan masa lalu dan masa yang akan datang.

D.PROSES KEPRIBADIAN TEORI ERICKSON
Erik . H. Erickson menanamkan gagasan baru dalam teori Psikoanalisa . Erickson telah memperluas sruktur  Psikoanalisa  dan telah memperbaharui prinsip dasarnya dengan sebuah temuan baru dan merubah konsepnya . 
Erikson menyatankan bahwa perkembangan manusia melibatkan serangkaian konflik dengan yang setiap orang harus diatasi .Ketika konflik pada setiap tahap tidak diselesaikan, kita cenderung tidak dapat beradaptasi dengan tahap berikutnya. Namun, meskipun akan lebih sulit dicapai, hasil yang bagus masih bisa tercapai.
            Erickson  dan beberapa Tokoh  mempercayai bahwa , keputusan yang baik lebih dipengaruhi oleh Ego daripada Id dan Superego. Erikson percaya bahwa ego harus menggabungkan kedua cara maladaptif dan adaptif menghadapi masalah.  Misalnya, dalam tahap pertama perekembangan psikososial, kita dapat menanggapi krisis dengan  mengembangkan rasa kepercayaan atau rasa ketidakpercayaan. Trust, cara yang lebih adaptif dan diinginkan untuk mengatasi, jelas sikap psikologis sehat. Namun masing-masing kita harus mengembangkan sedikit ketidakpercayaan sebagai bentuk perlindungan. Jika kita benar-benar percaya dan mudah tertipu, kita akan rentan terhadap orang lain yang berupaya untuk menipu, menyesatkan, atau memanipulasi kita.
Erickson melihat juga adanya kerentanan, kegoyahan , dan efek yang fatal  di dalam Ego  dan ia sangat peka terhadap semua efek – efek tersebut , namun Erickson memandang Ego sebagai sesuatu yang dipelajari dan kreatif dan seperti  telah memiliki anatomi atau struktur. Ego tidak selamanya menjadi penghambat , tetapi juga bisa menjadi dorongan dan dukungan bagi seorang individu.
Terdapat juga perbedaan teori antara Erikson dengan Sigmund Freud :
  • Freud menekankan bahwa kepribadian pada dasarnya dibentuk pada anak-anak usia 5 tahun, sedangkan Erikson menekankan bahwa kepribadian berlanjut terus dan berkembang pada tahap-tahap sepanjang rentang kehidupan.
  • Freud menekankan kepribadian pada id, sedangkan Erikson menekankan kepribadian pada ego.
  • Freud kurang menekankan kepribadian pada pengaruh sosial sedangkan Erikson mengakui adanya pengaruh budaya sosial dan sejarah dalam perkembangan kepribadian. Erikson mengatakan bahwa kita tidak diatur seutuhnya oleh kekuatan biologis yang bekerja pada masa kanak-kanak. Walaupun faktor biologis penting tetapi itu tidak memberikan penjelasan yang lengkap pada perkembangan kepribadian.

            Jika dilihat dari motifnya Erickson lebih menekankan teori kepribadian pada motif pengembangan diri atau self –actualization . Dimana teori yang dikembangkan Erickson lebih kepada proses menuju kematangan seseorang dalam kepribadian yang dipengaruhi oleh Ego yang berkembangan sepanjang perjalanan hidup kita.

           
E. TAHAPAN PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Erickson membagi perkembangan kepribadian dalam delapan tahapan psikososial. Bagi Erickson, proses perkembangan diatur oleh prinsip epigenetik dari maturasi ( epigenetic principle of maturation), dimana maksudnya adalah tahapan-tahapan perkembangan ditentukan faktor keturunan.
Setiap delapan tahapan perkembangan mempunyai krisis tersendiri atau titik balik yang mengharuskan beberapa perubahan dalam perilaku dan kepribadian kita. Kita dihadapkan dengan pilihan antara 2 cara dalam merespon krisis : sebuah maladaptif atau cara negatif dan adaptif atau cara positif.



Berikut ini tabel delapan tahapan perkembangan psikososial Erikson.

Perkiraan Umur (Approximate Ages)
Tahapan Psikoseksual
Krisis Psikososial
Kekuatan Dasar
0-1 thn (Infancy)
Oral-sensoris
Trust Vs Mistrust
Harapan
1-3 thn (Masa kanak-kanak awal
Muscular Anal
Autonomy Vs Shame and Doubt
Kemauan
3-6 thn (Usia Bermain)
Infantile Genital Locomotor
Initative Vs Guilty
Tujuan
6-12 thn (Usia sekolah)
Latency
Industry Vs Inferiority
Kompeten
12-20 thn (Adolescence)
Puberty
Identity Vs Identity Confussion
Kesetiaan
20-30 thn (Dewasa Dini)
Genitality
Intimacy Vs Isolation
Cinta
30-65 thn (Dewasa)

Generativity Vs Stagnation
Kepedulian
65­+ thn (Usia lanjut)

Integrity Vs Despair
Kebijaksanaan


1.      Masa Bayi

Masa bayi adalah masa pembentukan, dimana bayi “menerima” bukan hanya melalui mulut, namun juga melalui organ indra yang lain. Sebagaimana mereka menerima makanan dan    informasi sensori, bayi belajar untuk memercayai ataupu tidak memercayai dunia luar, keadaan yang memberikan harapan tidak nyata.


Aspek psikoseksual : Gaya Sensori Oral

Tahapan ini ditandai oleh dua gaya pembentukan – memperoleh dan menerima apa yang diberikan.Bayi dapat memperoleh walaupun tanpa keberadaan orang lain. Mereka dapat memperoleh udara melalui paru-paru. Akan tetapi, gaya pembentukan yang kedua menyiratkan konteks sosisal. Untuk membuat orang lain memberi, mereka harus belajar untuk memercayai atau tidak memercayai orang lain.Hal ini membangun krisis psikososial dasar yaitu Trust vs Mistrust.

Krisis psikososial : Percaya vs Tidak Percaya

Setahun pertama kehidupan, bayi menghabiskan banyak waktunya dengan makan, mengeluarkan kotoran, dan tidur. Hubungan antara bayi dan dunianya semata-mata bukan biologis. Hubungan sosial yang mendominasi. Interaksi antara bayi dan ibunya menentukan apakah bayi memandang dunianya dengan sikap percaya atau tidak percaya (trust vs mistrust).
Jika ibunya merespon bayi dan memberikan kasih sayang, cinta, keamanan , maka kemudian bayi akan mengembangkan rasa percaya. Di lain hal, jika ibunya menolak, tidak perhatian, atau tidak konsisten dalam menjaga bayinya, maka bayi akan mengembangkan sebuah sikap ketidakpercayaan dan akan menjadi kecuriga, ketakutan, dan kecemasan.
Meskipun pola percaya vs tidak percaya sebagai dimensi kepribadian dalam masa bayi, masalah akan kembali muncul dalam tahapan selanjutnya. Sebagai contoh, seorang ibu dari bayi akan menghasilkan hubungan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, namun rasa percaya ini akan rusak jika ibunya meninggal dunia. Pada kejadian ini, maka rasa ketidakpercayaan akan mengambil alih. Ketidakpercayaan di masa kecil dapat diubah melalui cinta dalam persahabatan , dan kesabaran guru atau teman.

Virtue : Harapan

Harapan  muncul dari konflik antara rasa percaya dan rasa tidak percaya. Jika bayi mengalami pengalaman yang tidak enak, bayi belajar untuk berharap bahwa gangguan mereka di masa depan akan diakhiri oleh hasil yang memuaskan.
Apabila bayi tidak mengembangkan harapan yang cukup pada masa ini, maka mereka akan menampilkan lawan dari harapan –penarikan diri. Dengan hanya sedikit harapan, mereka akan menarik diri dari dunia luar dan memulai perjalanan menuju gangguan psikologis yang serius.

2.      Masa Kanak – kanak Awal

Freud berpendapat bahwa anus sebagai zona yang paling memberikan kepuasan seksual bila tersentuh (erogeneous) selama periode ini dan selama fase anak-sadsitis awal, anak-anak mendapat kesenangan dengan menghancurkan atau menghilangkan obyek dan nantinya mereka mendapat kesenangan dengan buang air besar.
Erickson berpandangan lebih luas. Baginya, anak-anak mendapat kesenangan bukan hanya karena menguasai otot sirkular yang dapat  berkotraksi, tetapi juga menguasai fungsi tubuh lainnya, seperti buang air kecil, jalan, memegang, dan seterusnya.

Aspek psikoseksual : Otot Uretral-anal

Pada masa ini, anak belajar untuk mengendalikan tubuh mereka, khusunya berkaitan dengan kebersihan dan pergerakan. Masa kanak-kanak awal tidak hanya belajar toilet training tetapi juga belajar berjalan, berpegangan dengan mainan, dan lain-lain.Mereka senang menahan feses mereka , mereka jugan senang mengumpulkan barang dan tiba-tiba menghancurkannya.
Kanak-kanak awal adalah masanya kontradiksi , masa pemberontakan yang bersikeras dan kepatuhan yang lembut, masa pengungkapan diri yang impulsif dan penyimpangan yang kompulsif.

Krisis Psikososial : Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu

Selama 2 tahun atau3 tahun kehidupan , anak-anak akan berkembang dengan cepat dari segi kemampuan fisik dan kemampuan mental dan dapat melakukan banyak hal untuk dirinya sendiri. Permulaannya adalah berkomunikasi lebih efektif, berjalan, memanjat, menarik, mendorong, memengang objek atau melepaskannya. Anak-anak merasa bangga dengan perkembangan kemampuan ini dan akan melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya.
Poin penting dalam tahapan ini adalah anak-anak dapat menggerakkan badan dan melakukan otonomi. Perselisihan besar terjadi antara orang tua dan anak pada tahap yang melibatkan toilet training. Seorang anak akan diajarkan untuk menahan dan pergi ke tempat yang tepat . Orang tua akan mengizinkan anak memulai toilet training dengan caranya sendiri, atau orang tua merasa terganggu dan merebut kebebasan anak dengan memaksa training tersebut dan menunjukkan ketidaksabaran dan kemarahan ketika anak tidak melakukannya dengan benar.
Ketika orang tua merintangi dan menggagalkan usaha anak untuk melakukan otonomi , anak akan mengembangkan perasaan ragu dan malu.
Virtue : Keinginan

Kekuatan dasar akan keinginan dan kemauan berkemabang dari resolusi krisis otonomi vs rasa malu dan ragu. Kekuatan keinginan yang matang dan ukuran signifikan kehendak bebas tertahan hingga tahapan perkembangan selanjutnya, namun mereka berasal dari keinginan awal yang timbul pada masa kanak-kanak awal.
Anak-anak hanya akan berkembang jika lingkungan mereka membiarkan mereka memilki pengungkapan diri dalam kendali otot sphincter dan otot lain-lain. Ketika pengalaman mereka mengakibatkan rasa malu dan ragu yang terlalu besar, anak-anak tidak mampu mengembangkan kekuatan dasar ini.

3.      Usia Bermain

Aspek psikoseksual : Lokomotir-Genital

Erikson melihat situasi Oedipal sebagai prototipe “kekuatan seumur hidup akan keriangan manusia”. Dengan kata lain, Oedipus conplex adalah drama yang dimainkan dalam imajinasi anak-anak mencakup pengertian yang dimulai meningkat akan konsep dasar, seperti reprodusi, pertumbuhan, masa depan, dan kematian.
Ketertarikan anak-anak usia bermain akan aktivitas genital diiringi dengan meningkatnya sarana daya gerak mereka. Mereka sekarang dengan mudahnya bergerak, berlari, melompat dan permainan mereka menunjukkan inisiatif serta imajinatif.

Krisis psikososial : Inisiatif Vs Rasa Bersalah

Tahapan ketiga dari perkembangan psikososial, tahapan locomotor-genotal, muncul pada umur antara 3-5 thn dan analogi dengan pada tahapan phallic dari sistemnya Freud. Anak-anak berkeinginan untuk mengambil inisiatif di segala aktifitas. Insiatif dalam bentuk fantasi juga tumbuh dan ini dimanifestasikan dalam keinginan anak untuk mempunyai orang tua yang berlawanan jenis kelamin dan merasa rival terhadap orang tua dengan jenis kelamin yang sama. Jika orang tua menghukum anak maka anak akan mengembangkan perasaan bersalah . Apabila rasa bersalah adalah elemen dominan, anak bisa menjadi bermoral dengan terpaksa atau terlalu terkekang.

Virtue : Tujuan

Anak-anak sekarang bermain dengan tujuan, bersaing dalam permainan dengan tujuan menang atau mencapai puncak. Mereka menentukan sasaran dan mengejar sasaran itu dengan tujuan. Usia bermain juga merupakan tahpan dimana anak-anak mengembangkan hati nurani dan mulai meletakkan benar dan salah pada tingkah laku mereka. Hati nurani di masa muda ini menjadi landasan akan moralitas.


4.      Usia Sekolah

Aspek psikoseksual : Latensi

Latensi seksual penting karena memungkinkan anak-anak mengalihkan energi mereka untuk mempelajari teknologi kultur mereka dan startegi akan interksi sosial mereka.

Krisis Psikososial : Industri vs Rasa Rendah Diri

Pada tahapan ini, anak mulai memasuki sekolah dan membuka pengaruh sosial baru. Krisis psikososial pada tahapan ini adalah industri vs rasa rendah diri. Industri, kualitas yang berarti kesungguhan, kemauan untuk tetap sibuk akan sesuatu, dan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Anak-anak usia sekolah belajar untuk bekerja dan bermain pada aktivitas yang diarahkan agar memperoleh kemampuan bekerja dan mempelajari aturan dalam bekerja sama.
Sebagaimana anak belajar untuk melakukan sesuatu dengan baik, mereka mengembangkan rasa industri. Akan tetapi, jika pekerjaan mereka tidak cukup baik untuk mencapai sasaran, maka mereka merasa rendah diri.
Rasio antara industri dan rasa rendah diri harus condong pada industri, namun rasa rendah diri tidak perlu dihindari. Seperti yang dikatakan oleh Alfred Adler, rasa rendah diri dapat bekerja sebagai pendorong seseorang untuk melakukan yang terbaik. Sebaliknya, rasa rendah diri yang berlebihan dapat menghalangi aktivitas produktif dan menghambat rasa kompetensi seseorang.

Virtue : Kompetensi

Kekuatan dasar kompetensi adalah rasa percaya diri untuk menggunakan kemampuan fisik dan kognitif dalam menyelesaikan masalah yang mengiringi usia sekolah. Kompetensi diberikan landasan untuk partisipasi kooperatif dalam kehidupan dewasa yang produktif.

  1. Adolensen
Pada tahap adolensen ini, krisis antara identitas dengan kekacauan identitas mencapai puncaknya. Disini juga muncul kesetiaan (fidelity) sebagai virtue dari adolensen. Mereka mencoba-coba peran baru sambil terus berusaha menemukan identitas ego yang mantap.

Aspek Psikoseksual : Pubertas
Pubertas (puberty) adalah tahap kemasakan seksual. Menurut Erikson penting karena pubertas memacu harapan peran dewasa pada masa yang akan datang.
Krisis Psikososial : Identitas vs Kekacauan Identitas
Pencarian identitas ego mencapai puncaknya. Menurut Erikson identitas muncul 2 sumber; 1.) penegasan/penghapusan identitas masa kanak-kanak , dan 2.) sejarah yang berkaitan dengan kesediaan menerima standar tertentu.
Identitas bisa positif dan negatif. Yang positif adalah keputusan mengenai akan menjadi apa dan apa yang mereka yakini. Kebalikannya, identitas negatif adalah apa yang mereka tidak ingin menjadi seperti itu dan apa yang mereka tolak.
Kekacauan identitas adalah sindrom masalah-masalah yang bisa dikatakan terjadi karena identitas negatif yang meliputi; terbaginya gambaran diri, ketidakmampuan membina persahabatan yang akbrab,dll. Psychososial moratorium = waktu tertundanya peran dewasa, karena remaja itu pindah dari satu keyakinan ke keyakinan yang lain.
Virtue : Kesetiaan
Kekuatan dasar yang muncul dari krisis identitas pada tahap adolensen adalah kesetiaan (fidelity). Sisi patologis dari kesetiaan adalah penolakan (repudiation), menjadi bentuk yang malu-malu (diffedence) atau penyimpangan (deviance). Difiden adalah keadaan ekstrim tidak percaya diri, sementara devian adalah memberontak kepada otoritas secara terbuka.

  1. Dewasa Awal
Tugas pada tahap dewasa awal hanya sesudah orang mengembangkan perasaan yang mantap siapa dan apa yang diinginkannya maka mereka dapat mengembangkan tingkat kebaikan cinta (love). Tahap ini ditandai dengan perolehan keintiman (intimacy) pada awal periode dan perkembangan berketurunan (generativity) pada akhir periode.
Aspek Psikoseksual : Perkelaminan
Disebut perkelaminan (genitality). Aktivitas seksual selama tahap adolensen adalah ekspresi pencarian identitas yang biasanya dipuaskan sendiri. Ditandai dengan saling percaya dan berbagi kepuasan seksual secara permanen dengan orang yang dicintai.
Krisis Psikososial : Keakraban vs Isolasi
Keakraban (intimacy) adalah kemampuan untuk menyatukan identitas tanpa ketakutan kehilangan identitas diri itu. Karena intimasi hanya dapat dilakukan sesudah orang membentuk ego yang stabil. Intimasi yang masak adalah kemampuan dan kemauan untuk saling percaya. Sementara isolasi adalah ketidakmampuan untuk bekerja sama dengan orang lain melalui berbagai intimasi sebenarnya. Intimasi yang berlebihan bisa mengjilangkan identitas ego. Orang tetap membutuhkan isolasi dalam kadar yang cukup sebelum dapat mencapai kemasakan cinta.
Virtue : Cinta
Cinta adalah kesetiaan yang masak sebagai dampak dari perbedaan dasar antara pria dan wanita. Kebalikan dari cinta adalah kesendirian (exclusivity). Sedikit ekslusif dibutuhkan dalam intumasi, yakni bahwa orang harus bisa menolak orang tertentu, untuk mengembangkan perasaan identitas diri yang kuat. Kesendirian menjadi patologis kalau kekuatannya sampai menghalangi kemampuan kerja sama.
  1. Dewasa
Tahaap ini menjadi tahap yang paling panjang, sekitar 30 tahun.
Aspek Psikoseksual : Prokreativita
Menurut Erikson, manusia memiliki insting untuk mempertahankan jenisnya yang disebut prokreativita (procreativity).
Krisis Psikososial : Generativita vs Stagnasi
Kualita sintonik tahap dewasa adalah generativita, yaitu penurunan kehidupan baru, serta produk dan ide baru. Antitesis dari generativa adalah stagnasi. Siklus generativa dari produktivitas bakal lumpuh kalau orang terlalu mementingkan diri sendiri, dan perkembangan menjadi mandeg, stagnasi. Sesekali dia perlu berhenti, diam, menyerap hasil kreativitas orang lain.
Virtue : Keperdulian
Keperdulian (care) adalah perluasan suatu komitmen untuk merawat orang lain. Care bukan suatu tugas atau kewajiban, tetapi keinginan yang muncul serta alami dari konflik antara generativita dengan stagnasi. Lawan dari keperdulian adalah penolakan (rejectivity), yang diwujudkan dalam bentuk mementingkan diri sendiri, atau pseudospeciation, yakni keyakinan bahwa orang atau kelompok lain adalah jenis manusia yang lebih inferior dibanding diri/kelompoknya.
  1. Usia Tua
Aspek Psikoseksual : Generalisasi Sensualitas
Tahap terakhir dati psikoseksual adalah generalisasi sensualitas (Generalized Sensuality): memperoleh kenikmatan dari berbagai sensasi fisik,penglihatan, pendengaran, kecapan, bau, pelukan dan bisa juga stimulasi genital.
Krisis Psikososial: Integritas versus Putus Asa
Banyak terjadi pada krisis psikososial terakhir ini, kualita distonik “putus asa” yang menang. Integritas adalah perasaan menyatu dan utuh, kemampuan untuk menyatukan perasaan keakuan, dan mengurangi kekuatan fisik dan intelektual. Putus asa yang diekspresikan dalam bentuk kebencian, depresi, menghina orang lain, atau tidak mau menerima kepastian batas kehidupan. Putus asa ini menjadi lawan dari kualitas distonik tahap bayi, yakni harapan. Dapat dikatakan konflik antara hape versus despair.
Virtue: Kebijaksanaan (wisdom)
Orang dengan kebijaksanaan yang matang, tetap mempertahankan integritasnya ketika kemampuan fisik dan mentalnya menurun. Antitesis dari kebijaksanaan adalah penghinaan (disdain). Penghinaan merupakan kelanjutan dari penolakan, sumber patologi dari fase dewasa
                                                                                                                                             F.PSIKOPATOLOGI
Tahap
Psikoseksual modus
Perkiraan Abad
Psikososial krisis
Dasar kekuatan
Inti patologi
Hubungan yang signifikan
Masa bayi
Oral pernapasan: Sensory-kinestetik
Lahir-1 tahun
Dasar kepercayaan vs ketidakpercayaan Dasar
Berharap
Penarikan
Yang ibu
Awal masa kanak-kanak
Anal-uretra-otot
1-3 tahun
Otonomi vs Shame, keraguan
Akan
Paksaan
orangtua
Usia Bermain
Infantil kelamin-lokomotor
3-5 tahun
Inisiatif vs Rasa Bersalah
Tujuan
Inhibisi
keluarga
Usia sekolah
latency
6-11 tahun, untuk pubertas
Industri vs Rendah
Kompetensi
Kelembaman
Lingkungan, sekolah







Masa remaja
Masa pubertas
12-18 tahun
Identifikasi Identifikasi vs kebingungan
Kesetiaan
Peran repudation
Rekan kelompok
Dewasa Muda
Kemaluan
18-35 tahun
Keintiman vs Isolasi
Mencintai
Keeksklusifan
Seksual mitra, teman
Masa dewasa
Procreativity
35-55 tahun
Generatifity vs Stagnasi
Peduli
Rejectivity
Terbagi tenaga kerja dan rumah tangga bersama
Tua
Generalisasi model sensual
55 + tahun
Integritas vs Keputusasaan
Kebijaksanaan
Penghinaan
Semua umat manusia



1.      Trust vs Mistrus
Anak yang selalu percaya, tidak akan pernah mampunyai pemikiran/anggapan bahwa orang lain akan berbuat jahat dengan kata lain mereka mudah tertipu atau dibohongi. Dan apabila anak pada masa kecilnya sudah merasakan ketidakpuasan yang mengarah ketidak percayaan, mereka akan berkembang pada arah kecurigaan dan merasa terancam terus-menerus, hal ini ditandai dengan frustasi, marah, sinis maupun depresi.
  1. Autonomy vs Shame,doubt (Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu )
Apabila dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya terdapat suatu sikap/tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian(otonomi). Tanpa ada perasaan malu dan ragu-ragu, anak akan berkembang ke arah sikap maladaptif yang disebut Erikson sebagai impulsiveness (terlalu menuruti kata hati), sebaliknya apabila seorang anak selalu memiliki perasaan malu dan ragu-ragu juga tidak baik, karena akan membawa anak pada sikap malignansi yang disebut Erikson compulsiveness. anak selalu menganggap bahwa keberadaan mereka selalu bergantung pada apa yang mereka lakukan, karena itu segala sesuatunya harus dilakukan secara sempurna.
  1. Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Kesalahan)
Ketika anak memiliki sikap inisiatif yang berlebihan maka sikap anak akan mengarah pada ketidakpedulian (ruthlessness). Bila anak mengalami pola asuh yang salah yang menyebabkan anak selalu merasa bersalah akan mengalami malignasi yaitu akan sering berdiam diri (inhibition). Inhibition adalah suatu sifat yang tidak memperlihatkan suatu usaha untuk melakukan apa-apa sehingga dengan berbuat seperti itu mereka akan merasa terhindar dari suatu kesalahan.
  1. Industry vs Inferiority (Kerajinan vs Inferioritas )
Kecenderungan maladaptif akan tercermin apabila anak memiliki rasa giat dan rajin terlalu besar yang menurut Erikson disebut sebagai keahlian sempit. Jika anak kurang memiliki rasa giat dan rajin maka akan tercermin malignasi yang disebut dengan kelembaman. Maksud dari pengertian tersebut yaitu jika seseorang tidak berhasil pada usaha pertama, maka jangan mencoba lagi. Jika  anak mampu mengerjakan segala sesuatu dengan mempergunakan cara atau metode yang sesuai dengan aturan yang ditentukan untuk memperoleh hasil yang sempurna, maka anak akan memiliki sikap kaku dan hidupnya sangat terpaku pada aturan yang berlaku. Hal inilah yang dapat menyebabkan relasi dengan orang lain menjadi terhambat. Peristiwa ini biasanya dikenal dengan istilah formalism.
  1. Identify vs Identify confusion (Identitas vs Kekacauan)
Bila identitas ego lebih kuat dibandingkan dengan kekacauan identitas maka mereka tidak menyisakan sedikit ruang toleransi terhadap masyarakat yang bersama hidup dalam lingkungannya, sifat ini disebut fanatisme, yang menganggap pemikiran maupun jalannya lah yang paling benar. Sebaliknya jika kekacauan identitas lebih kuat dibandingkan identitas ego, sifat ini disebut pengingkaran dimana mereka akan mencari identitas di tempat yang menerima dan mengakui mereka sebagai bagian dalam kelompoknya.
6.      Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Isolasi)
Seseorang yang tidak mampu untuk menjalin relasi dengan orang lain secara baik akan menumbuhkan sikap terisolasi, Erikson menyebut adanya kecenderungan maladaptif dari periode ini adalah rasa cuek di mana seseorang sudah merasa terlalu bebas, sehingga mereka dapat berbuat sesuka hati tanpa memperdulikan dan merasa tergantung pada segala bentuk hubungan misalnya dalam hubungan dengan sahabat, tetangga, bahkan dengan orang yang kita cintai/kekasih sekalipun dan keterkucilkan yaitu kecenderungan orang untuk mengisolasi/menutup diri sendiri dari cinta, persahabatan dan masyarakat, selain itu dapat juga muncul rasa benci dan dendam sebagai bentuk dari kesendirian dan kesepian yang dirasakan. Ritualisasi yang terjadi pada tahaP ini yaitu adanya afiliasi dan elitisme. Afilisiasi menunjukkan suatu sikap yang baik dengan mencerminkan sikap untuk mempertahankan cinta yang dibangun dengan sahabat, kekasih, dan lain-lain. Sedangkan elitisme menunjukkan sikap yang kurang terbuka dan selalu menaruh curiga terhadap orang lain.
7.      Generatifity vs Stagnation
Maladaptif yang kuat akan menimbulkan sikap terlalu peduli, sehingga mereka tidak punya waktu untuk mengurus diri sendiri. Malignasi yang lain adalah penolakan, dimana seseorang tidak dapat berperan secara baik dalam lingkungan kehidupannya di tengah-tengah kehidupan kurang mendapat sambutan yang baik.
8.      Integrity vs Despair (Integritas vs Keputusasaan)
Bila integritas lebih kuat dibandingkan dengan kecemasan dapat menyebabkan maladaptif yang disebut Erikson berandai-andai, mereka tidak mau menghadapi kesulitan dan kenyataan di masa tua. Sebaliknya jika kecenderungan kecemasan lebih kuat dibandingkan dengan integritas disebut dengan sikap menggerutu, yang diartikan Erikson sebagai sumpah serapah dan menyesali kehidupan sendiri
G.ASSESMENT
Erickson mengikuti jejak Freud yang menuju pada perumusan teoritikal, namun Erickson kurang menyetujui metode penilaian kepribadian dari Freud.
Erickson meragukan metode yang berguna dan yang paling aman menurut Freud, yaitu metode psikoanalisa. Menurut Erickson, menyuru pasien dan menghipnotisnya dapat menuju pada kekejaman dan pengeksploitasian pasien.
Erikson berpendapat bahwa, antara pasien dan terapis harus menjalin hubungan yang baik, sehingga tidak terjadinya perbedaan antara pasien dengan terapis. Dalam mengembangkan teori personalitynya, Erickson mengandalkan data-data penting yang terdiri dari tiga metode, yaitu terapi, studi antropologikal, dan analisis psikohistorikal.
1.      Terapi
Terapi ini digunakan untuk mengamati anak yang mengalami gangguan emosional dan untuk meneliti anak-anak normal dan remaja.
2.      Studi Antropologikal
Erickson meneliti penduduk asli di amerika dengan hidup dengan mereka dan mengobservasi mereka. Erickson mencatat hasil interviewnya dan kebiasaan penduduk asli amerika, terutama pada anak yang mengalami keterbelakangan.
3.      Analisis Psikohistorikal
Analisis Psikohistorikal merupakan assessment yang paling unik, karena merupakan studi biografi Erickson tentang teori personalitinya yang berfokuskan kepada krisis dalam perkembangan, peristiwa yang menggambarkan motif utama dari kehidupan, dan menggabungkan masa lalu dengan masi kini dan masa depan.
Walaupun Erickson tidak menggunakan test psikologi untuk menaksirkan kepribadian, namun bebrapa alat ukur yang berdasarkan teorinya telah dikembangkan, seperti Ego-Identity yang di desain untuk mengukur perkembangan ego identity pada remaja.




H.PENELITIAN DALAM TEORI ERICKSON
Metode utama pada penelitian Erickson adalah studi kasus. Kelemahan-kelemahan dari studi kasus ini adalah susah untuk di dupikasikan dan membuktikan kasus penting, Namun selain kelemahan-kelemahan tersebut studi kasus mempunyai berbagai informasi penting yang di dapatkan melalui teknik ini. Erickson juga membuktikan bahwa dari sejarah studi kasus menghasilkan bebarapa pemahaman tentang perkembangan personality yang dapat memecahkan permasalahan pasien.
Erickson melakukan penelitian berdasarkan beberapa aspek dari teorinya melalui terapi yang dia sebut sebagai play construction. Play construction merupakan teknik untuk mengukur personality anak, yang dianalsia melalui bagaimana anak tersebut berinteraksi dengan mainan yang diberikan kepadanya.
Erickson yang menganut beberapa teori Freud, menggambarkan play construction ini dengan metode psikoanalisa. Ercikson kurang setuju dengan beberapa pandangan tersebut, yakni wanita merupakan korban dari anatomi mereka yang menyebabkan personality mereka dipengaruhi oleh ketidakaadanya penis. Erikson mengakui bahwa perbedaan dalam play construction juga disebabkan karena perbedaan gender dalam mentraining, dimana pada anak laki-laki lebih diorientasikan kepada sikap yang lebih keras, agresifitas dan pencapaian sesuatu dari pada anak perempuan. Ternyata dari beberapa kasus yang dilakukan pada anak umur 2 dan 5 tahun, hasilnya tidak seperti yang dikemukakan oleh Erickson.
Peneliti lain telah menaruh perhatian kepada test tahap perkembangan pada psikososial. Penelitian ini diuji pada anak-anak usia 4,8, dan 11. Anak-anak tersebut disuruh untuk membuat cerita berdasarkan gambar yang dilihat mereka.dari cerita ini. Peneliti menganalisa cerita yang disimpulkan anak tersebut dan mengambiul kesimpulan pada tahap psikososial manakah anak tersebut sekarang.
Analisis psikohistorikal melalui diari, surat dan novel dari seorang penulis wanita mulai dari umur 21 tahun menunjukkan bahwa adanya kepedulian terhadap identitas, perubahan, dan kepedulian terhadap keakraban dengan sesama dan produktifitas. Perubahan-perubahan tersebut termasuk dalam teori perkembangan Erickson.
Dengan menggunakan skala Ego-Identity, peneliti mencoba teori Erikson apakah baik atau kurang baik dalam mengidentifikasi orangtua yang bergender sama dapat mengganggu ego identity remaja. Hasil yang diperoleh melalui skala ego-identity dengan tes identifikasi maternal menunjukkan adanya hubungan antara kelompok mahasiswi  tingkat pertama dan mahasiswi tingkat kedua. Hal tersebut mendukung perkiraan Erickson, dari tes tersebut juga ditemukan bahwa mahasiswi yang kesulitan dalam mengatasi permasalahan / ego-identitinya cenderung akan memiliki permasalahan seperti kecanduan alcohol.
Penelitian lain menunjukkan bahwa hubungan keluarga yang aman pada masa remaja terpesona pengembangan identitas diri. ditemukan bahwa kehangatan orangtua dan otonomi adalah prediktor dari lingkungan keluarga yang stabil, yang, pada gilirannya, mempromosikan pengembangan identitas.(Kamptner, 1998)
Psikolog menguji keyakinan erikson, yaitu hasil positif dalam menyelesaikan krisis identitas terkait dengan hasil positif pada tahap perkembangan sebelumnya. (Waterman, Buebel, & Waterman, 1970)
Program penelitian yang luas pada tahap perkembangan remaja mengidentifikasi lima jenis psikologis, atau status, untuk periodenya (Marcia, 1966, 1980): mengidentifikasi prestasi, penundaan, penyitaan prestasi, difusi identitas, dan terasing. Mengidentifikasi prestasi menggambarkan remaja yang berkomitmen untuk pilihan kerja dan ideologis dan yang telah mengembangkan identitas ego yang kuat.
Penundaan, kedudukan kedua dalam perkembangan remaja menjelaskan remaja yang masih menjalani krisis identitas mereka. Pekerjaan dan ideologi mereka masih samar-samar. Perilaku mereka berkisar dari ragu-ragu dan akhirnya bertindak dan berkreasi. (Bluestin,Devenis, & Kidney, 1989; Podd, Marcia & Rubin, 1968)
Penyitaan, menjelaskan remaja yang belum mengalami krisis identitas, tapi remaja yang dengan tegas berkomitmen dengan sebuah pekerjaan dan ideologi. Remaja ini cenderung kaku dan otoriter dan mengalami kesulitan dalam perubahan situasi (Marcia, 1967).
Tahap kelima, pengasingan prestasi, menjelaskan remaja yang telah mengalami krisis identitas, tidak punya komitmen kerja, dan memeluk ideologi yang mengecam sistem ekonomi dan politik (Marcia & Friedman, 1970; Orlofsky, Marcia & Lesser, 1973).
Empat dari kedudukan ini, dalam kedudukan sebagai berikut. Penyamaran identitas, penyitaan, penundaan, dan pencapaian identitas, menggambarkan resolusi kesuksesan dari masalah identitas. Dalam masa kognitif dan emosi,pencapaian prestasi dan tipe penundaan berfungsi lebih baik daripada penyitaan dan penyamaran identitas.
Menerapkan teknik Alfred Alder dari ingatan awal, seorang psikolog menemukan bahwa wanita di perguruan tinggi diidentifikasi dalam status penundaan menunjukkan ego dan struktur karakter yang lebih kuat dibandingkan dalam status penyitaan.
Beberapa peneliti kepribadian berfokus pada pertanyaan, kapan krisis identitas muncul. Erikson menunjukkan bahwa itu dimulai saat masa remaja selesai, dengan satu cara atau lainnya,  kira-kira pada umur 18 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa krisis identitas tidak akan mucul sampai tingkat remaja akhir. Dalam suatu kasus, sampai dengan 30%  subyek mencari identitas dirinya sampai umur 24 tahun (Archer, 1982).
Kehadiran perguruan tinggu dapat memperlambat resolusi dari krisis identitas dan memperpanjang masa dimana para dewasa muda mencoba dengan peran dan ideologi barunya. Saat mahasiswa dibandingkan dengan orang seumurannya yang sudah bekerja, ditemukan bahwa yang sudah bekerja telah mendapat identitas egonya di usia yang lebih awal daripada yang masih belajar.
Erikson menekankan pentingnya kita mengembangkan rasa kepercayaan awal jika kita ingin mencapai perasaan keamanan dan kesejahteraan di kemudian hari.
Pembelajaran dari bayi yang berumur antara 12-18 bulan menunjukkan bahwa seorang yang mempunyai ikatan emosi yang kuat dengan ibunya (dan diduga kepercayaannya tinggi) berfungsi, saat diobservasi 3 tahun kemudian, di level sosial dan emosi yang lebih tinggi dari anak seumurannya dimana ikatan dengan ibunya lebih tidak aman. Anak yang rasa kepercayaannya dikembangkan dengan baik juga akan lebih penasaran, ramah, dan populer; lebih suka dijadikan pemimpin dalam permainan, dan lebih sensitif pada perasaan dan keperluan orang lain, dibanding dengan yang rasa percayanya rendah, mereka juga tidak begitu semangat dalam mencapai tujuannya.
Penelitian dalam tahap kedewasaan dari pengembangan psikososial menunjukkan generativitas di usia pertengahan berhubungan positif dengan kekuatan dan keintiman motivasi. Demikian, sesuai dengan prediksi teori Erikson, generativitas membangkitkan keinginan untuk lebih dekat dengan orang lain dan untuk merasakan relasi yang kuat kepada mereka.
Generativitas di usia pertengahan mucul dan terkait secara signifikan untuk mempunyai kehangatan dan kasih sayang orang tua di masa kecil. Peneliti menunjukkan bahwa mereka menemukan pentingnya kedua orang tua dalam pembentukan emosi anaknya.
Erikson menulis bahwa manusia dalam kedewasaan dan tahap usia-akhir dari perkembangan psikososial menghabiskan waktu mengingat dan memeriksa seluruh masa hidupnya, menerima atau menyesali pilihan di masa lalunya. Sebuah penelitian menggunakkan 49 psikolog sebagai subyek menemukan bahwa ingatan merek kebanyak dari masa kuliah dan masa dewasa awal, periode yang melibatkan begitu banyak keputusan kritis yang mempengaruhi perjalanan hidup mereka.


Sebuah Penjelasan Akhir
Pengaruh Erikson telah sangat diakui baik dari para profesional dan lingkaran terkenal. Majalah Time menyebutnya sebagai ‘psikoanalisis paling berpengaruh’ (March 17, 1975). Psychology Today menjulukinya sebagai ‘dekan’ dari psikoanalisis. “pahlawan intelektual asli”
Bidang dari psikologi perkembangan rentang hidup, seperti yang telah terlihat atas peningkatan yang begitu besar dalam penelitian dan teori di beberapa tahun ini, berhutang banyak pada dorongan dari tekanan Erikson dari perkembangan kepribadian di seluruh hidupnya. Perhatian di masalah perkembangan usia-pertengahan dan usia-lanjut juga termasuk perkembangan dari penelitian Erikson.
Metode Erison dari terapi permainan adalah diagnosa standart dan alat pengobatan dalam bekerja dengan gangguan emosional dan penyalahgunaan anak. Contohnya anak yang tidak dapat menjelaskan kekerasan seksual dapat menunjukkan perasaannya lewat bermain boneka yang mencerminkan dirinya dan sang pelaku kekerasan.
Selain dengan kontibusinya di psikologi, sistem Erikson juga tidak luput dari kritik. Erikson menerima keabsahan tuduhan ini dan menyalahkan mereka pada temperamen artistik dan kurangnya pelatihan formal dalam ilmu.
Beberapa kritik menuduh bahwa teori kepribadian Erikson tidak berlaku pada masyarakat yang ekonominya rendah yang tidak bisa melalui masa penyitaan yang bertujuan untuk menjalani peran berbeda dan identitas egonya.Mereka menunjukkan bahwa masa ini adalah masa mewah yang hanya tersedia bagi orang yang bisa masuk perguruan tinggi atau berpertualang dan mencari identitasnya melalui pengalaman baru.
Erikson tidak begitu tertarik dalam menanggapi kritik atau membela pemahamannya. Dia menyadari bahwa ada begitu banyak cara untuk menjelasakan perkembangan kepribadian, tergantung perspektif seseorang, dan tidak satu paham pun memadai. Pengaruhnya berlanjut untuk berkembang lewat bukunya dan lewat kerja generasi sukses dari psikolog, psikiater, gutu dan konselor yang melihat idenya sebagai cara yang berguna untuk menjelaskan perkembangan kepribadian dari bayi sampai tua.

I. KOMENTAR KELOMPOK
Kelompok Ganjil
            Menurut kelompok kami, teori perkembangan kepribadian Erik Erikson lebih menjelaskan proses perkembangan kepribadian manusia secara keseluruhan.
Kami juga setuju dengan teori Erikson yang mengatakan bahwa perkembangan kepribadian kita tidak diatur seutuhnya oleh kekuatan biologis yang bekerja pada masa kanak-kanak. Walaupun faktor biologis penting tetapi itu tidak memberikan penjelasan yang lengkap pada perkembangan kepribadian.
Pendapat kelompok kami untuk tugas kepribadian ini adalah tugas ini membantu kami dalam memahami teori yang dikemukakan oleh Erikson. Dalam mengerjakan tugas ini kami juga mengalami kesulitan, yaitu menyatukan topik-topik pembahasan karena kami mendapatkannya dari berbagai sumber. Selain itu, kami juga sulit untuk berdiskusi karena jadwal kuliah yang berbeda dengan kelompok genap.





























Daftar Pustaka
Schultz &Schultz.1994.Theories of Personality.5 ed.Belmont :Wadswort.

Feist , Jess & Gregory .J.Fiest.2010.Teori Kepribadian.Jakarta : Salemba Humanika

Hall , Lindzay , Loehlin dan Manosevitz.1985.Introduction to Theories to Personality

Alwisol.2009.Psikologi Kepribadian.Malang : UMM Press.

           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar