Senin, 23 April 2012

Menjadi guru yang mulia



    Bahkan menjadi guru merupakan sebuah profesi yang luar biasa, profesi yang tidak lagi dipandang sebelah mata. Terutama dengan peta globalisasi yang memengaruhi ranah pendidikan di Indonesia, menuntut mereka untuk tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, namun juga dituntut untuk cerdas menyikapi pola tingkah laku murid dengan latar belakang kehidupannya.

     Saya sangat setuju guru perlu menambah kompetensinya, memperdalam ilmu demi kemajuan anak didiknya. Tetapi selain itu guru secara psikologis harus mampu menempatkan diri di tengah anak didik dengan karakternya masing-masing. Sekedar menengok kembali beberapa kasus yang terjadi, guru bahkan sampai melecehkan muridnya.Bahkan berlaku tidak senonoh. Sampai pada tahap pemukulan terhadap anak didik. Tercorengnya dunia pendidikan karena ulah oknum guru tersebut dapat membawa dampak psikologis terhadap anak didik terhadap sosok guru.

     Kalau kita melihat sejarah perkembangan pendidikan guru di zaman Belanda, pastilah ada pembedaan pola asuh, yang akan sedikit memengaruhi pembentukan karakter seorang guru tersebut. Ada semacam pandangan, bahwa guru yang dididik di zaman Belanda pastilah galak dan kolot. Mungkin ada benarnya, namun juga ada, salahnya. Benarnya terletak dimana?

    Galak dan kolot perlu dilihat dari kondisi saat itu yang mana, karakter guru yang galak tidak selalu jelek.

    Begitupun dengan istilah kolot, sikap ini bagi guru di zamannya sangat diperlukan untuk membentuk pola pikir yang terarah dan menanamkan suatu prinsip yang kuat buat anak didik. Anggapan salah, bahwa tidak semua guru didikan zaman kolonial pasti galak dan kolot, ada juga yang terbentuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

  Bagaima di zaman sekarang???Ada kondisi dan situasi yang sifatnya memang harus pleksibel maupun dinamis.Dimana kita ketahui perbedaan di antara anak didik zaman sekarang dengan anak didik zaman dulu .Contohnya aja anak di zaman sekarang apabila dimarahin gurunya pasti akan menunjukkan sikap yang tidak senang (marah,ngambek),ataupun gak mau sekoah lagi. Yang paling berbahaya adalah kalau tidak menyukai gurunya, bisa dipastikan pelajarannya ikut tidak disukai. Dampak ini yang akan menurunkan produktifitas anak didik untuk mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas menambah konsekuensi perilaku bolos . Situasi seperti ini haruslah dihindari dan tidak terjadi di dalam dunia pendidikan.


   Maka dari itu guru diharapkan mampu mengajarkan anak didiknya dengan menjadi guru yang dapat diteladani dan menjadi guru yang efektif.




Etika Mandasari ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar